Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Orang Usia Dewasa Di Kelurahan Bugis Kecamatan Dumbo Raya Provinsi Gorontalo

Latar Belakang: Status gizi tidak normal berkaitan dengan resiko munculnya penyakit lain seperti hipertensi dan penyakit pernafasan. Prevalensi obesitas di Indonesia mencapai 21,8%, underweight sebesar 9,3%, dan overweight 13,6% (Riskesdas, 2018), terus meningkat disbanding tahun 2013. Status gizi dipantau menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dimana pengetahuan gizi menjadi salah satu faktor yang memengaruhi status gizi, terutama pada usia dewasa (19–44 tahun) sebagai kelompok usia produktif. Di Kelurahan Bugis, Kecamatan Dumbo Raya, meskipun memiliki akses strategis terhadap sumber makanan dan informasi gizi, masalah kurang gizi serta penyakit hipertensi (yang dikaitkan dengan obesitas) terus meningkat.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara pengetahuan kebutuhan gizi seimbang dengan Indeks massa tubuh (IMT) orang usia dewasa di Kelurahan Bugis Kecamatan Dumbo Raya, tahun 2024.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan total sampel 205 orang. Data dikumpulkan melalui kuesioner serta pengukuran berat badan dan tinggi badan secara langsung. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi-Square.
Hasil: Uji Pearson Chi-Square menghasilkan nilai p-value sebesar 0,843 (p > 0,05), menunjukkan bahwa hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan IMT tidak signifikan secara statistik. Walaupun lebih dari 50% sampel memiliki IMT tidak normal dan mayoritas responden dengan IMT underweight serta obesitas adalah berpengetahuan kurang.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kebutuhan gizi seimbang dengan Indeks Massa Tubuh. Pengetahuan gizi tidak menjadi faktor langsung, tetapi sebagai faktor tidak langsung terhadap indeks massa tubuh. Terdapat faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi IMT orang usia dewasa di Kelurahan Bugis Kecamatan Dumbo Raya. Faktor lain sebagai temuan di lapangan seperti tingkat ekonomi, pola makan, kebiasaan olahraga, serta partisipasi dalam program penyuluhan gizi berpengaruh terhadap IMT.