Pengaruh Variasi Jarak Baut Terhadap Perilaku Geser Balok Beton Bertulang Yang Diperkuat Dengan Panel Mortar Geopolimer

Balok beton bertulang menjadi salah satu komponen utama struktur bangunan yang rentan mengalami kerusakan seperti retak, lubang, dan spalling yang menjadikan tidak terpenuhinya lagi kekuatan, kekakuan dan stabilitas yang dapat menyebabkan kegagalan pada struktur bangunan. Hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan perkuatan (strengthening) pada elemen struktur untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menahan beban. Umumnya perkuatan yang digunakan seperti Reinforced Polimer (FRP), Plat baja eksternal dan Concrete Jacketing. Namun, metode tersebut masih memiliki beberapa kekurangan. Maka dari itu, diusulkan sebuah sistem perkuatan dengan menggunakan panel mortar geopolimer. Material geopolimer berupa fly ash digunakan sebagai bahan pengikat pengganti semen untuk mengurangi penggunaan semen yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca di atmosfir.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku geser serta pola retak dan mode kegagalan balok beton bertulang yang diperkuat panel mortar geopolimer dengan pemberian jarak antar baut yang berbeda. Perilaku geser didiskusikan berdasarkan perilaku beban-lendutan, beban maksimum, beban-regangan baja, dan beban-regangan beton.
Tahapan penelitian terbagi atas dua yaitu pengujian kuat tekan mortar geopolymer dan pengujian geser balok beton bertulang. Pengujian kuat tekan mortar geopolymer menggunakan sampel kubus 50x50x50 mm, diuji pada umur 3, 7, dan 28 hari. Mortar geopolymer dibuat dengan bahan dasar fly ash serta aktivator berupa Natrium Hidroksida dan Natrium Silikat. Sementara itu, pengujian geser balok menggunakan sampel balok 150x300 mm dengan panjang 2300 mm sebanyak 3 buah yang terdiri dari balok kontrol dan balok dengan panel perkuatan mortar geopolimer yang dipasang menggunakan baut, dengan jarak antar baut 200 mm dan 300 mm, masing masing sebanyak 1 buah.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan panel mortar geopolimer dapat meningkatkan beban maksimum dan kekakuan pada balok serta mengubah perilaku balok menjadi lebih daktail dengan pemberian jarak antar baut 200 mm. Dari mode kegagalan, balok yang diperkuat dengan panel mortar geopolimer dengan jarak antar baut 200 mm mengalami kegagalan lentur.