Gambaran Kebutuhan Edukasi Breastfeeding Untuk Meningkatkan Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Post Partum di Kota Makassar

Latar belakang: ASI merupakan sumber makanan ideal bagi bayi karena kandungan yang aman, bersih, dan kaya akan antibodi yang melindungi bayi dari penyakit umum. Pemberian ASI eksklusif merupakan rekomendasi WHO untuk mendukung kesehatan, nutrisi, dan perkembangan bayi, namun cakupannya di Indonesia, termasuk Kota Makassar, masih rendah dan belum mencapai target SDGs sebesar 80%. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif menjadi salah satu faktor utama yang menghambat praktik ini. Meskipun berbagai program edukasi telah dilakukan, efektivitasnya sering terbatas karena informasi yang diberikan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan ibu post partum.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kebutuhan edukasi breastfeeding untuk meningkatkan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu post partum di Kota Makassar.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan yaitu Purposive Sampling, sampel pada penelitian ini berjumlah 273 responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 25.0.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas ibu post partum membutuhkan edukasi dengan topik pentingnya ASI eksklusif, yang dipilih oleh 194 responden (71,1%), Media edukasi yang paling diminati adalah sosial media, khususnya Instagram, dengan 117 responden (42,9%) memilihnya sebagai platform edukasi. Metode bimbingan yang paling disukai adalah tatap muka langsung secara individual, yang dipilih oleh 137 responden (50,2%). Durasi edukasi yang paling diinginkan berkisar antara 10-20 menit, sebagaimana diungkapkan oleh 149 responden (54,6%). Dalam hal bahasa, mayoritas ibu post partum, yaitu 206 responden (75,5%) memilih bahasa Indonesia.

Kesimpulan: Mayoritas ibu post partum di Kota Makassar membutuhkan edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif dan cara meningkatkan produksi ASI, dengan preferensi media sosial (Instagram), metode tatap muka secara individual, durasi edukasi 10-20 menit, dan penyampaian dalam bahasa Indonesia. Edukasi yang dirancang sesuai kebutuhan ini berpotensi meningkatkan praktik pemberian ASI eksklusif dan mendukung pencapaian target kesehatan masyarakat.