HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN JAJANAN DAN EATING BEHAVIOR DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI UPT SMP NEGERI 5 MAKASSAR TAHUN 2024

CITTA PRADAKSENA. HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN JAJANAN DAN EATING BEHAVIOR DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI UPT SMP NEGERI 5 MAKASSAR TAHUN 2024 (dibimbing oleh Nurzakiah Hasan, Rahayu Indriasari, & Marini Amalia.).

Latar Belakang. Prevalensi remaja usia 13 – 15 tahun yang mengalami overweight dan obesitas di Kota Makassar mengalami kenaikan yang tinggi. Kebiasaan jajan dapat menyebabkan kelebihan berat badan, terutama karena anak - anak dan remaja cenderung mengonsumsi jajanan yang tinggi karbohidrat dan lemak, sedangkan perilaku makan atau eating behavior adalah cara individu atau kelompok orang memilih dan mengonsumsi makanan sebagai respons terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan jajanan dan eating behavior dengan kejadian overweight pada remaja di SMP Negeri 5 Makassar tahun 2024. Metode. Variabel pada penelitian ini adalah kebiasaan makan jajanan dan Eating Behavior dengan menggunnakan Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ), penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 101 siswa (i) yang ditentukan menggunakan metode Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner (FFQ dan DEBQ), stadiometer, dan timbangan dengan menggunakan penentuan status gizi di indikator IMT/U dan menggunakan nilai batas - 3 SD sd +1 SD (Tidak overweight) & + 1 SD sd > + 2 SD (Overweight). Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil. Presentase overweight pada siswa (i) di UPT SMP 5 Makassar sebanyak 35,6%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat 27 (65,9%) siswa (i) overweight yang memiliki kategori “sering” pada variabel kebiasaan makan jajanan dan 24 (37,5%) siswa (i) overweight yang memiliki kategori “kurang baik” pada variabel eating behavior. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara frekuensi jajan (p-value=0,000) dan makan jajanan dengan status gizi (p-value=0,000). Adapun variabel yang tidak berhubungan dengan status gizi adalah jenis kelamin p=0,0558 (p<0,005), usia p=0,607 (p<0,005), jumlah uang jajan p=0,145 (p<0,005) dan eating behavior dengan status gizi p=0,608 (p<0,005). Kesimpulan. Terdapat hubungan antara frekuensi jajan responden dengan status gizi sedangkan jenis kelamin, usia, jumlah uang jajan dan eating behavior tidak memiliki hubungan dengan kejadian overweight. Saran. Hasil penelitian ini diharapkan untuk menjadi gambaran awal bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih dalam mengenai kebiasaan makan jajanan, eating behavior dan kejadian overweight pada remaja. Selain itu, diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat mengkaji mengenai faktor - faktor yang dapat menyebabkan kejadian overweight pada remaja.