POLA PERILAKU TERITORIAL TERHADAP RUANG KOMUNAL COMMUNITY HOUSE WISMA BAJI RUPA MAKASSAR

Masuknya pengungsi dan pencari suaka di Indonesia yang diakibatkan oleh kebencanaan yang menimpa Negara asal merupakan isi krusial yang ditanggapi oleh pemerintah bekerjasama dengan IOM (International organization for migration) dengan penyediaan hunian sementara berupa Community House. Teritori dikenal sebagai wilayah yang ditandai atau diklaim dengan sebuah penandaan dari atribut, perilaku, maupun interaksi terhadap lingkungannya. Sedangkan teritorialitas merupakan perilaku teritorial yang dilakukan sebagai upaya dalam menandakan adanya sebuah teritori. Tulisan ini mencoba untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk perilaku teritorial serta jenis teritori yang terdapat pada ruang komunal sebuah hunian komunitas. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif, time budget, wawancara, serta pelacakan jejak yang didokumentasikan dalam bentuk foto dan video selama 30 hari. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara induktif menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 jenis teritori pada ruang komunal Wisma Baji Rupa Makasaar, yaitu attached territory, central territory, supporting territory, serta peripheral territory yang terbentuk berdasarkan fungsi ruang, sifat ruang, pengakses ruang, serta kegiatan yang berlangsung didalamnya. Terdapat ruang yang memiliki sifat teritori semi-permanen karena perubahan sifat ruang dalam rentan waktu tertentu, terdapat pula ruang yang memiliki sifat teritori permanen. Penghuni melakukan upaya berupa adaptasi dan adjustment sebagai hasil dari kemampuan mereka untuk memahami hubungan antara kondisi setting fisik pada ruang dan personalisasi perilaku dalam keinginannya menciptakan teritori.