KESESUAIAN LOKASI DALAM PENGEMBANGAN GREEN-BLUE OPEN SPACE DI KAWASAN PESISIR KOTA MAKASSAR

Konsep keberlanjutan muncul sebagai paradigma yang paling berpengaruh dalam pengelolaan dan perencanaan kawasan pesisir. Salah satu upaya dalam mewujudkan keberlanjutan di kawasan pesisir yaitu dengan mengembangkan ruang publik berupa Green-Blue Open Space, mengingat peran GBOS yang sangat besar dalam peningkatan kualitas hidup, estetika, kesehatan lingkungan, pertumbuhan ekonomi, vitalitas kota, dan berkontribusi dalam peningkatan disaster resilience di kawasan perkotaan. Sementara itu, Kota Makassar sendiri menghadapi isu tidak memadainya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau yang hanya mencapai 7,3% dan isu kenaikan muka air laut di kawasan pesisir yang mencapai 0,8 meter. Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis tingkat kesesuaian lokasi untuk pengembangan GBOS di kawasan pesisir pantai Kota Makassar berdasarkan teori dan prinsip GBOS. Lokasi penelitian ini meliputi 25 kelurahan di Kota Makassar yang termasuk kawasan pesisir pantai. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode scoring dan overlay terhadap kriteria kesesuaian lokasi dalam pengembangan GBOS dengan menggunakan aplikasi Arc GIS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat 2
kelurahan yang mempunyai tingkat kesesuaian lokasi sangat sesuai yaitu Kelurahan Ende dan Pattunuang, 8 kelurahan dengan tingkat kesesuaian lokasi sesuai, 10 kelurahan dengan tingkat kesesuaian lokasi kurang sesuai, dan 5 kelurahan dengan tingkat kesesuaian lokasi tidak sesuai.
Kata kunci: kawasan pesisir, green-blue open space