SEKOLAH PEREMPUAN SUATU STUDI KOMUNIKASI ADVOKASI PENDIDIKAN NON-FORMAL DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KEPULAUAN SPERMONDE

ABSTRAK

MUHAMMAD ILHAM. Sekolah Perempuan: Suatu Studi Komunikasi Advokasi Pendidikan Non-Formal Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga di Kepulauan Spermonde (dibimbing oleh Hafied Cangara, Tahir Kasnawi, Asfah Rahman).
Penelitian ini bertujuan untuk.: 1) Mendeskripsikan Tata Kelola Sekolah Perempuan dalam mengembangkan potensi keterampilannya guna meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka.2) Mengungkapkan proses komunikasi advokasi yang dilakukan oleh pendamping dan peserta pada sekolah perempuan di Kepulauan Spermonde. 3) Mendeskripsikan tantangan yang dihadapi sekolah perempuan dalam pelaksanaan komunikasi advokasi. 4) Mendeskripsikan capaian yang diperoleh sekolah perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di Kepulauan Spermonde.
Penelitian ini juga bersifat kolaboratif, dimana peneliti melibatkan partisipan sebagai kolaborator aktif dalam penelitian. Isu pokok yang menjadi kajian ini adalah cara sekolah perempuan dalam membangun komunikasi dengan berbagai pihak yang diawali dengan penggalian informasi, melakukan advokasi dan keberhasilan mereka secara umum dalam meningkatkan kesejahteraan peserta sekolah perempuan dan kaum perempuan Kepulauan Spermonde secara umum serta dampaknya terhadap masyarakat sekitarnya. kegiatan komunikasi advokasi sekolah perempuan juga dikaji mengenai kegiatan lembaga yang menjadi inisiator program gender watch (awal kegiatan Sekolah Perempuan) yaitu Institut Kapal Perempuan Jakarta dan YKPM Sulawesi Selatan sebagai pelaksana. Peneliti menggali informasi tentang kegiatan mereka menyangkut komunikasi dengan pemerintah daerah Kepulauan Spermonde, Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara dan ketiga desa yang menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan Sekolah Perempuan.
Hasil penelitian adalah tata kelola Sekolah Perempuan di Kepulauan Spermonde masih dipengaruhi oleh kuatnya budaya patriarkhi yang berdampak pada kehidupan kaum perempuan. Komunikasi advokasi Sekolah Perempuan yang dilaksanakan di Kepulauan Spermonde menitikberatkan pada usaha perubahan bagi perempuan pulau dalam berbagai aspek kesadaran, komitmen, politik, dan budaya yang diimplementasikan pada tiga komponen yaitu penggunaan metode, teknik penyampaian materi dan penggunaan media. Tantangan yang dihadapi Sekolah Perempuan dalam pelaksanaan komunikasi advokasi terutama menyangkut pembiayaan bahwa kondisi peserta Sekolah Perempuan yang sebagaian besar adalah kelompok grassroot atau rentan tentunya memiliki kehidupan ekonomi yang lemah, sehingga waktu dan kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan disesuaikan dengan kesempatan mereka serta diberikan biaya adalah merupakan hal luar biaya bagi mereka. Kegiatan ini menjadi saluran bagi peserta sekolah untuk bertemu dan berdiskusi dengan para pemangku kebijakan, akademisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, media, anggota dewan dan lainnya yang secara tidak langsung menguat posisi mereka di tengah masyarakat

ABSTRACT

MUHAMMAD ILHAM. Women’s School: A study of non-formal education advocacy communication in improving family welfare in the Spermonde Islands. (supervised by: Hafied Cangara, Tahir Kasnawi, Asfah Rahman)

This study aims to:1. Describe the management of women’s schools in developing their skills to improve the welfare of their families. 2. Disclose the process of advocacy communication carried out by facilitators and participants at women’s schools in the Spermonde Islands. 3. Describe the challenges faced by women’s schools in implementing advocacy communication. 4. Describe the achievements of women’s schools in improving family welfare in the Spermonde Islands.
This type of research is also collaborative in nature where research involves participants as active collaborators in research. The man issue in study is the way women’s schools build communication with various parties, starting with gathering information, advocating and their general success in proving the welfare of female school participants and women of Spermonde Islands a general and their impact on the surrounding community. Advocacy communication activities for women’s schools were also examined regarding the activities of the institutions that were the initiators of the gender wacth program (the start of women’s school activities) namely the Institut Kapal Perempuan Jakarta and YKPM South Sulawesi as executors, the research sought information about their activities regarding communication with the local government of the Spermonde Islands, Liukang Tupabbiring Utara sub-district and the three villages where the women’s school activitieswere held.
The result of the research is that the management of women’s school in the Spermonde Islands is still influenced by the strong patriarchal culture which has an impact on the lives of women, the advocacy communication for women’s school implemented in the Spermonde Islands focuses on efforts to change for island women in various aspects of awareness, commitment, politics, and culture which are implemented in three components, namely the use of methods, material delivery techniques, and use of media. The challenges faced by women’s schools in implementing advocacy communication are mainly related to financing. The condition of female school participants, most of whom are grassroots or vulnerable groups, of course, have weak economic life, so that their and opportunities to obtain education are adjusted to their opportunities and gives funding, out of pocket for them. This activity is a channel for school participants to meet and discuss with policy makers, academics, community leaders, religious leaders, the media, counilors and others who indirectly strengthen their position in society.