Pengalaman Pre-hospital Pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan Kegawatdaruratan Mata di Kota Makassar=Pre-hospital Experience of Emergency Room Patients with Eye Emergencies in Makassar City

Adinda Tasya Pratiwi, R011201039. PENGALAMAN PRE-HOSPITAL PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DENGAN KEGAWATDARURATAN MATA DI KOTA MAKASSAR dibimbing oleh Wa Ode Nur Isnah Sabriyati dan Karmila Sarih. Latar Belakang: Kegawatdaruratan adalah kondisi klinis yang memerlukan tindakan cepat untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kecacatan, termasuk dalam penanganan kegawatdaruratan mata. Pada kasus ini, diagnosis dan penanganan segera di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sangat penting, karena keterlambatan dapat menyebabkan kerusakan penglihatan permanen. Fase pre-hospital menjadi komponen utama dalam penanganan kegawatdaruratan mata, yang mencakup pertolongan pertama, keputusan mencari layanan kesehatan dan proses transportasi pasien menuju layanan kesehatan. Namun, studi tentang pengalaman pre-hospital untuk kegawatdaruratan mata masih terbatas, terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan menggali pengalaman pre-hospital pasien kegawatdaruratan mata di IGD Kota Makassar, dengan fokus pada tindakan pertolongan pertama, pengambilan keputusan mencari bantuan medis, dan transportasi yang digunakan pasien. Tujuan: Untuk mengeksplorasi pengalaman pre-hospital pasien instalasi gawat darurat (IGD) dengan kondisi kegawatdaruratan mata di Kota Makassar. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Instrumen berupa human instrumen dan pedoman wawancara yang disusun oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai sampel sebanyak 6 partisipan yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Analisis data dilakukan menggunakan analisis tematik. Hasil: Berdasarkan hasil analisis didapatkan lima tema yaitu etiologi, keluhan, pertolongan pertama, keputusan mencari layanan kesehatan, dan faktor penghambat mendapatkan layanan kesehatan. Tema-tema ini menggambarkan kondisi medis pasien, tindakan pertolongan pertama, dan berbagai faktor yang memengaruhi keputusan dan akses pasien ke layanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan gawat darurat. Kesimpulan: Dukungan lingkungan dan pemahaman tentang penanganan awal sangat penting untuk mempercepat pasien membuat keputusan untuk mencari pelayanan gawat darurat di pelayanan kesehatan, sehingga membantu mencegah risiko kebutaan atau komplikasi. Serta, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan perlunya peningkatan edukasi kegawatdaruratan mata di masyarakat umum.