Gambaran Pelaksanaan Perencanaan dan Pengadaan Manajemen Logistik Obat di RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar Tahun 2023

Latar Belakang: RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar mengalami peningkatan yang signifikan dalam jumlah kekosongan obat selama periode 2020-2022. Data menunjukkan bahwa persentase kekosongan obat paten mencapai angka 50,87% dan obat generik menjadi 37,86% pada tahun 2022. Ketersediaan obat yang tidak optimal ini berpotensi mengganggu kelancaran pelayanan kesehatan, meningkatkan biaya pengobatan pasien, dan menurunkan kepuasan pasien terhadap layanan rumah sakit. Tujuan: Melihat gambaran pelaksanaan perencanaan obat dan pengadaan obat di RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Jumlah informan terdiri atas delapan informan yang merupakan bagian dari farmasi, perencanaan, dan pengadaan di RSUP Dr.Tadjuddin Chalid Makassar. Penelitian dilakukan pada Desember 2023 – Agustus 2024. Hasil: Perencanaan obat di rumah sakit dilaksanakan dengan menggunakan metode konsumsi namun masih belum dapat mengatasi jumlah kenaikan kekosongan obat. Perhitungan metode konsumsi yang dilakukan yaitu dengan menghitung pemakaian rata-rata dikali 12, ditambah buffer stock 20% ditambah lead time 4 bulan. Pengadaan obat di RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dilakukan secara e-purchasing melalui LKPP setiap tiga bulan, dengan pelaksanaan satu minggu hingga satu bulan. Meskipun pengadaan obat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, terjadinya kekosongan obat di distributor, akan berdampak pada kekosongan obat di gudang. Solusi yang diterapkan meliputi peminjaman obat dari rumah sakit lain dan pencarian obat pengganti yang serupa dengan konfirmasi dokter. Kesimpulan: Pelaksanaan perencanaan dan pengadaan obat di RSUP Dr.Tadjuddin Chalid Makassar menunjukkan bahwa rumah sakit menggunakan metode konsumsi untuk merencanakan kebutuhan obat, namun masih terdapat masalah kekosongan obat yang sering terjadi. Disarankan agar rumah sakit melakukan analisis VEN, mengubah perencanaan obat ke format elektronik, dan menerapkan perhitungan safety stock. Kerjasama dengan industri farmasi dan pemanfaatan teknologi informasi untuk otomatisasi proses juga diperlukan untuk meningkatkan sistem.