PERBEDAAN NILAI PRABEDAH KATARAK DENGAN RETINOMETER HEINE LAMBDA 100 DAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PASCA FAKOEMULSIFIKASI PADA PASIEN KATARAK BERDASARKAN GRADING BURATTO = Discrepancy in cataract measurements obtained from the Retinometer Heine Lambda 100 and post-phacoemulsification visual acuity in cataract patients according to the Buratto classification

Prosedur operasi katarak yang paling sering dilakukan dimasa kini adalah fakoemulsifikasi. Salah satu metode memprediksi ketajaman penglihatan pasca operasi adalah Retinometri, suatu teknik yang memanfaatkan pola interferensi cahaya pada retina saat cahaya melewati pupil untuk memberikan pasien informasi mengenai hasil potensial dari tindakan operasi fakoemulsifikasi. Metodologi: Penelitian kohort prospektif dilakukan pada 120 pasien katarak yang telah di lakukan Fakoemulsifikasi di Klinik Jakarta Eye Center Orbita Makassar. Sampel penelitian dibagi berdasarkan grading Buratto II-V tanpa komplikasi okular dan sistemik. Retinometri dinilai sebelum operasi dan visus dinilai 30 hari setelah di lakukan tindakan Fakoemulsifikasi. Hasil Penelitian: Rata-rata usia sampel pada penelitian ini 61-70 tahun dan mayoritas berjenis kelamin perempuan (55%). Derajat katarak menurut Buratto yang banyak pada penelitian ini adalah derajat II dan V, sebanyak 25,8%. Retinometri pra bedah katarak, 80.8% termasuk dalam kategori mild or no visual impairment, dan retinometri pasca bedah katarak 96,7% termasuk dalam kategori mild or no visual impairment. BCVA (best corrected visual acuity) pasien pasca operasi katarak, 90% termasuk dalam kategori normal vision. Pada penelitian ini ditemukan perbedaan yang bermakna antara retinometri pra bedah dan BCVA pasca bedah (p<0,05). Pada penelitian ini ditemukan hubungan antara selisih retinometri pra bedah dan BCVA pasca bedah berdasarkan derajat katarak Buratto (p<0,05).

Keyword : Katarak, Grading Buratto, Fakoemulsifikasi, Retinometri