AGAMA, KEKUASAAN DAN IDENTITAS ; STUDI UPACARA ERAU PADA MASYARAKAT KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR = RELIGION AND POWER: A STUDY ON ERAU CEREMONY IN KUTAI KARTANEGARA, EAST KALIMANTAN PROVINCE

SAMSIR, 2024. Agama dan Kekuasaan ; Studi Upacara Erau di Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur ( dibimbing oleh Mahmud Tang, Ansar Arifin, dan Tasrifin Tahara).

Upacara Erau merupakan upacara yang tak terlepas dengan hal yang paling esensi bagi manusia dengan Tuhannya, karena itu upacara ini diwarnai dengan hal yang bersifat ritual dimana terdapat panduan yang komplik antara acara ritual dan acara ceremonial yang dilegitimasi oleh lembaga kerajaan Kutai Kartanegara.

Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana dalam strukturasi agama, kekuasaan pada pelaksanaan upacara adat Erau di kutai Kartanegara juga memahami kontruksi struktur dalam proses pelaksanaan upacara Erau serta tahapan fungsi dan makna.

Penelitian ini merupakan penelitian etnografi dengan berdasarkan pada kegiatan-kegiatan sosial dimasyarakat Kutai Kartanegara kota Tenggarong Provinsi Kalimantan Timur penelitian ini melingkupi penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang memerlukan data yang dikumpulkan melalui wawancara yang mendalam, pengamatan dan analisis dokumen, informan yaitu tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh sejarawan serta orang-orang yang berkelompok dalam struktur masyarakat Kutai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa relegi adalah kecenderungan bathin atau rohani manusia selalu berhubungan langsung dengan kekuatan dan alam semesta, sehingga agama dan sarana dapat menghubungkan setiap orang dengan orang lain. Stratifikasi sosial masyarakat Kutai Kartanegara yang diproduksi pada masa lalu adalah sistem kasta yang mengacu pada peluang untuk memperoleh power, prestise yang menyebabkan adanya perbedaan antar lapis masyarakat serta memproduksi terhadap kelompok lapisan sosial. Dengan demikian orang Kutai meyakini bahwa hanya raja yang berhak untuk memerintah dan memegang tampuk kekuasaan atau hanya rajalah yang diberi mandat para dewa untuk menjadikan rakyat Kutai menjadi Damai dan sejahtera.
Prosesi pelaksanaan Erau setiap tahun satu kali selama tujuh hari tujuh malam upacara Erau di awali dengan ‘Mendirikan pohon Ayu” setelah itu bepelas sultan dalam acara ini menampilkan berbagai tarian, sesajen, mantra-mantra semuanya bermaksud untuk mencapai suatu keselamatan dalam negeri, selain itu ada upacara menyalakan Brong, menjamu Banua, upacara Merangin, Upacara Tempong Tawar, Upacara Besawai, Upacara Beredar ke Kutai, mengulur naga dan Berlimbur. Kemudian fungsi Erau terkait cara pandang masyarakat terhadap hal-hal berdimensi supra struktur maupun dimensi infrastruktur, sedang makna upacara suatu smbol karena peristiwa apapun yang merujuk pada sesuatu benda ataupun mistik.