KORELASI ANTARA NILAI RQD DAN NILAI RESISTIVITAS PADA BEDROCK: STUDI KASUS DI AREA "NK" PT VALE INDONESIA

Endapan nikel laterit di PT. Vale indonesia Tbk dibedakan menjadi dua blok yaitu West Block dan East Blok. Pada west blok batuan dasarnya tidak terserpentinisasi sehingga tipe batuan dasar diklasifikasikan berdasarkan RQD. RQD (Rock Quality Designation) merupakan penunjukkan kualitas batuan yang diperoleh dari proses pengeboran, namun metode pengeboran kurang efisien dan sulit dilakukan pada topografi yang curam. Oleh karena itu dibutuhkan metode lain sebagai alternatif untuk menentukan nilai RQD. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara nilai RQD dan resistivitas dari metode ERT sehingga hasilnya diharapkan dapat memaksimalkan penentuan RQD yang lebih efektif dan efisien. Data ERT di olah sehingga menghasilkan penampang inversi 2D. Penampang hasil inversi kemudian dikorelasi dengan data bor dan di interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona limonit memiliki nilai resistivitas 110-550 Ωm, zona saprolit memiliki nilai resistivitas 10-310 Ωm, dan zona bedrock memiliki nilai resistivitas 90-990 Ωm. Nilai RQD dan resistivitas menunjukkan adanya hubungan yang match dengan korelasi kuat, dimana RQD tinggi menunjukkan resistivitas yang tinggi dan sebaliknya. Namun, terdapat beberapa data penelitian yang tidak match (tidak memiliki korelasi), dimana terdapat RQD yang tinggi namun memiliki nilai resistivitas rendah dan sebaliknya. Secara umum, pada profil nikel laterit zona limonit merupakan lapisan yang bersifat resistif, zona saprolit bersifat konduktif dan zona bedrock bersifat lebih resistif. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara nilai RQD dan resistivitas yaitu sebesar 76% data, namun terdapat 24% data yang tidak memiliki hubungan yang disebabkan karena adanya pengaruh fisis, geokimia dan pengaruh geologi pada daerah penelitian.