Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Asuh Riwayat Pemberian ASI dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah Puskesmas Maros Baru Kecamatan Maros Baru Kabupaten Maros = he Relationship between Maternal Knowledge and Parenting History of Breastfeeding with the Incidence of Stunting in Children Aged 6-23 Months in the Maros Baru Health Center Area, Maros Baru District, Maros Regency

Latar Belakang. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh anak baduta akibat kekurangan gizi kronis yang dapat dilihat berdasarkan indikator TB/U dengan nilai z score kurang dari -2 Standard Deviasi. Di wilayah Sulawesi Selatan sendiri, menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 prevalensi stunting sebesar 27,2%. Salah satu Kabupaten yang memiliki angka stunting tertinggi ke-8 di Sulawesi Selatan adalah Kabupaten maros. Di Kabupaten Maros, prevalensi stunting menurut SSGI pada tahun 2022 sebesar 30,1%. Penyebab stunting diantaranya adalah pengetahuan ibu, pengetahuan gizi yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga mendapatkan derajat kesehatan yang optimal, selain itu pola asuh pemberian ASI juga menjadi penyebab stunting pada anak dimana ASI yang cukup dapat memaksimalkan pertumbuhan terutama tinggi badan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan pola asuh riwayat pemberian ASI dengan kejadian stunting. Metode. Jenis penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 171 baduta menggunakan teknik multistage simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner penelitian, length board, sofware SPSS, alat tulis menulis serta alat dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan program SPSS. Hasil. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh baduta stunting sebesar 42,7%, pada kelompok usia 6-8 bulan terdapat 36,8%, usia 9-11 bulan terdapat 33,3%, usia 12-23 bulan terdapat 46,2%. Adapun hasil statistik menujukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting (p-value=0,023), IMD dengan kejadian stunting (p-value=0,041), ASI eksklusif dengan kejadian stunting (p-value=0,036), ASI lanjut dengan kejadian stunting (p-value=0,021). Sedangkan untuk hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara prelakteal dengan stunting (p-value=0,885), kolostrum dengan kejadian stunting (p-value=0,054). Kesimpulan. Terdapat hubungan pengetahuan ibu, IMD, ASI eksklusif, dan ASI lanjut dengan kejadian stunting. Sedangkan prelakteal dan kolostrum tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Maka dari itu perlu dilakukan edukasi terkait MP ASI, stunting, serta masa kehamilan.