Nurmadhani, Andi Adelya (2023) Perbandingan Efek Imunomodulator Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii), Ekstrak Serai (Cymbopogon citratus), dan Propolis (Trigona sp.) Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag pada Mencit (Mus musculus L.) = Comparison of the Immunomodulatory Effects of Cinnamon Extract (Cinnamomum burmanii), Lemongrass Extract (Cymbopogon citratus) and Propolis (Trigona Sp.) on Macrophage Phagocytosis Activity in Mice (Mus musculus L). Skripsi thesis, Universitas Hasanuddin.
J011201073_skripsi_23-02-2024 Cover1.jpg
Download (307kB) | Preview
J011201073_skripsi_23-02-2024 Bab 1-2.pdf
Download (1MB)
J011201073_skripsi_23-02-2024 Dapus.pdf
Download (2MB)
J011201073_skripsi_23-02-2024.pdf
Restricted to Repository staff only until 6 December 2026.
Download (3MB)
Abstract (Abstrak)
Latar Belakang: Imunomodulator adalah zat yang digunakan dalam memulihkan ketidakseimbangan dalam sistem kekebalan tubuh. Jaringan lunak dan keras dalam rongga mulut dilindungi oleh faktor-faktor imun yang spesifik dan non-spesifik. Salah satu penyakit rongga mulut yang memiliki keterlibatan sistem imun adalah penyakit periodontal. Penyebab utama dari penyakit periodontal adalah plak yang merupakan kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas matriks gigi yang tidak dibersihkan. Plak akan mengakibatkan inflamasi karena melakukan kolonisasi dan multiplikasi pada gingiva. Beberapa tumbuhan yang diduga mempunyai potensi sebagai imunomodulator adalah kayu manis, serai, dan propolis. Ketiga tumbuhan tersebut mengandung flavonoid. Flavonoid yang terkandung dalam ketiga tumbuhan tersebut merupakan komponen yang menyebabkan timbulnya tindakan antiinflmasi. Propolis memiliki potensi sebagai imunomodulator dengan cara menstimulasi proses fagositosis oleh makrofag. Tujuan: Mengetahui imunomodulator ekstrak kayu manis, ekstrak serai, dan propolis terhadap aktivitas fagositosis makrofag. Metode: Jenis penelitian yang digunakan ialah eksperimental laboratorium dengan desain post-test only controlled group. Penelitian ini menggunakan 25 sampel yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan, setiap kelompok terdiri dari 5 sampel, kontrol negatif yaitu pakan standar, kontrol positif yaitu imboost force, ekstrak kayu manis, ekstrak serai, dan propolis. Sebelum dilakukan pemberian ekstrak secara peroral mencit terlebih dahulu diadaptasi selama 7 hari. Kemudian diberikan ekstrak selama 7 hari dan pada hari ke-15 mencit diinjeksikan bakteri Staphylococcus aureus. Efek imunomodulator ketiga ekstrak terhadap aktivitas fagositosis mencit diamati dengan cara menghitung jumlah sel makrofag dalam preparat apusan cairan intraperitoneal mencit kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x. Analisis data dilakukan dengan uji Shapiro Wilk dan One-Way Anova. Hasil: Rata-rata aktivitas fagositosis makrofag pada perlakuan pakan standar sebesar 4.2%, imboost sebesar 5.4% kayu manis sebesar 7.8%, serai 5.8%, dan propolis sebesar 5.2%. Persentase aktivitas fagositosis terbesar yaitu kayu manis sebesar 7,8%. Kesimpulan: Ekstrak kayu manis merupakan yang paling efektif hal ini dikarenakan ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) memiliki aktivitas fagositosis tertinggi (nilai 7,8%) dibandingkan dengan aktivitas fagositosis ekstrak serai (Cymbopogon citratus) (nilai 5,8%) dan propolis (Trigona sp.) (nilai 5,2%).
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Imunomodulator, Ekstrak kayu manis, Ekstrak serai, Propolis, Aktivitas fagositosis, Mencit |
Subjects: | R Medicine > RK Dentistry |
Divisions (Program Studi): | Fakultas Kedokteran > Pendidikan Dokter |
Depositing User: | Unnamed user with username pkl |
Date Deposited: | 05 Sep 2024 02:14 |
Last Modified: | 05 Sep 2024 02:14 |
URI: | http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/36969 |