VALIDASI INSTRUMEN KOLABORASI MEDIS PERSEPSI APOTEKER DAN DOKTER (KOMPAK): STUDI PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL DI INDONESIA

INTISARI
IRNAWATI HI AMIN. Validasi Instrumen Kolaborasi Medis Persepsi Apoteker Dan Dokter (Kompak): Studi Praktik Kolaborasi Interprofesional Di Indonesia
(dibimbing oleh Bustanul Arifin dan Muhammad Nasrum Massi).
Pendahuluan: Paradigma pelayanan kesehatan telah mengalami transformasi yang signifikan, beralih dari fokus pada pelayanan medis menjadi pelayanan yang berfokus pada pasien. Kolaborasi interprofesional (IPC) menjadi penting dalam menghadapi kompleksitas permasalahan kesehatan yang memerlukan peran serta berbagai profesi. Kerjasama melalui IPC bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai latar belakang pendidikan ke dalam satu tim, bekerja sama untuk meningkat kan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan kepuasan pasien, dan mencapai hasil yang lebih baik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan (i) untuk mengembangkan dan memvalidasi 'Instrumen Praktik Kolaborasi Dokter dan Apoteker' yang dalam bahasa Indonesia disebut KOMPAK (Kolaborasi Medis: Persepsi Apoteker dan Dokter); (ii) mendeskripsikan gambaran kolaborasi antara dokter dengan apoteker di Indonesia. Metode: Penelitian cross-sectional, Instrumen terdiri dari dua survei: dokter dan apoteker. Tahapan penelitian dimulai dengan penerjemahan (maju dan mundur), adaptasi lintas budaya (30 partisipan), dan divalidasi menggunakan analisis faktor konfirmatori (CFA) Selanjutnya, untuk mendeskripsikan gambaran kolaborasi dokter dengan apoteker, data dianalisis melalui analisis deskriptif dan komparatif menggunakan Chi-square test (p-value <0.05). Hasil: Tidak terjadi perubahan signifikan pada fase penerjemahan dan adaptasi. Pada tahap validasi yang melibatkan 315 dokter dan 315 apoteker, hasil analisis faktor konfirmatori (CFA) untuk instrumen dokter menunjukkan Comparative Fit Index (CFI) = 0,94 (>0,92); Indeks Tucker-Lewis (TLI) = 0,93 (>0,92); Root Mean Squared Error of Approximation (RMSEA) = 0,055 (<0,07); dan Standardized Root Mean Residual (SRMR) = 0,073 (<0,08), serta reliabilitas Cronbach Alfa sebesar 0,88. Sementara itu, instrumen untuk apoteker mencapai (CFI) = 0,94 (>0,92); (TLI) = 0,93 (>0,92); (RMSEA) = 0,06 (<0,07); dan SRMR = 0,05 (<0,08), dengan reliabilitas Cronbach Alfa sebesar 0,83. Instrumen versi final ini terdiri dari 24 item. Untuk gambaran kolaborasi, meskipun mayoritas partisipan setuju bahwa dengan kolaborasi ini dapat meningkatkan kualitas layanan pasien, terutama untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Namun kami juga menemukan 6.7% partisipan dokter dan 17.3% apoteker menyatakan perlu mempertimbangkan kolaborasi dokter dengan apoteker. Hasil lainnya adalah metode komunikasi yang paling banyak dipilih adalah melalui (i) telepon, (ii) kertas (dokumen resep, rekam medik dan sebagainya) dan (iii) tatap muka. Kesimpulan: Instrumen KOMPAK valid dan reliabel, sehingga dapat digunakan untuk mengukur interprofesional antara dokter dan apoteker di Indonesia. Selain itu kolaborasi antara dokter dan apoteker memerlukan peningkatan, terutama dalam sikap positif dan intensitas komunikasi antar profesi.