ANALISIS FAKTOR PENENTU TINDAKAN SOSIAL PASANGAN USIA SUBUR DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2022 = ANALYZING THE SOCIAL ACTION DETERMINANTS OF CHILDBEARING COUPLES FOR THE SELECTION OF LONG ACTING CONTRACEPTIVE METHODS IN SOUTHEAST SULAWESI PROVINCE IN 2022

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia menunjukkan pola yang menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pemerintah pada program keluarga berencana telah membuahkan hasil yang positif. Namun demikian, adanya perubahan dalam kerangka kerja organisasi kelembagaan dan proses desentralisasi selama masa reformasi telah mengakibatkan masih adanya kesenjangan yang signifikan dalam tingkat kesuburan di Indonesia. Provinsi Sulawesi Tenggara belum berhasil mencapai tujuan untuk menurunkan tingkat fertilitas menjadi 2,1 pada tahun 2023 dan masih berada di urutan kelima dengan TFR tertinggi se-Indonesia. Pemilihan kontrasepsi pada pasangan usia subur adalah sebuah bentuk tindakan sosial yang dipengaruhi oleh faktor individu, kelompok, maupun wilayah. Kontrasepsi jangka panjang dikenal sebagai metode kontrasepsi yang sangat efektif untuk menurunkan tingkat reproduksi. Namun, tingkat penggunaan kontrasepsi jangka panjang masih sangat rendah di wilayah Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan sosial pasangan usia subur dalam memilih kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan mempertimbangkan tingkat analisis secara individu maupun kewilayahan.Temuan penelitian menunjukkan bahwa variabel usia istri, usia kawin pertama, jarak kelahiran terakhir, tingkat pendidikan istri, kepemilikan asuransi kesehatan, akses terhadap informasi, rasio fasilitas kesehatan dan petugas keluarga berencana secara positif mempengaruhi kecenderungan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di Provinsi Sulawesi Tenggara. Temuan baru dari penelitian ini menunjukkan pola pergeseran pemikiran secara sosiologis pada tindakan sosial dalam memilih metode kontrasepsi jangka panjang dengan latar belakang pasangan yang memiliki pendidikan suami rendah, tidak bekerja, tingkat kesejahteraan rendah, serta tinggal di perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pemerintah dapat ditingkatkan pada program pembentukan keluarga berkualitas dan tidak hanya pada pengendalian jumlah penduduk. Profilisasi cluster kabupaten/kota memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk lebih dahulu melakukan intervensi program keluarga berencana pada kabupaten/kota yang berada di kepulauan seperti Kota Bau-Bau, Kolaka Timur, Konawe Kepulauan, Muna,Buton Utara, Buton Selatan, Muna Barat, Buton Tengah, Buton dan Wakatobi.

Keywords : Kontrasepsi, Keluarga Berencana, Analisis Multilevel, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang, Faktor Kewilayahan, Faktor Individu.