Aspek-Aspek Psikologis Pengambilan Keputusan Korupsi (Studi Pada Terpidana Kasus Korupsi di Kabupaten Muna)

Hampir seluruh Negara di dunia termasuk Indonesia, mengecam korupsi sebagai bentuk “Kejahatan Luar Biasa” atau yang disebut sebagai “Extra Ordinary Crime”, karena memiliki dampak destruktif dalam skala besar. Namun dalam statusnya yang secara normatif dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa, kondisi faktual yang ditemukan di lapangan justru menunjukkan bahwa korupsi kini menjadi banal atau dianggap sebagai suatu kejahatan yang biasa (common crime). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami mengapa yang dalam kategorinya sebagai kejahatan luar biasa, seseorang masih melakukan/terlibat dalam kejahatan tersebut. Dengan menggali aspek-aspek psikologis yang mendeterminasi pengambilan keputusan pada terpidana kasus korupsi. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Yang
dianalisis menggunakan teknik inductive-thematic. Penelitian ini melibatkan 2 orang terpidana kasus korupsi sebagai informan kunci yang ditentukan melalui teknik judgement sampling.
Hasil temuan dalam penelitian ini mengungkap bahwa terdapat dua tema utama (aspek psikologis) yang dapat merepresentasikan pengambilan keputusan korupsi yakni analisis biaya-manfaat terlibat dalam korupsi (cost-benefits analysis engage to corruption) dan mekanisme pelepasan moral (moral disengagement). Selain itu terdapat pula beberapa temuan pendukung relevan lainnya yang mendeterminasi pengambilan keputusan
korupsi diantaranya, patuh pada pihak otoritas (obidience in authority) dan tekanan menyangkut hidup dan mati (a pressure that involves life and death).