KARAKTERISTIK PEREKAT TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA BERBAHAN KULIT BUAH SALAK DAN APLIKASINYA PADA KAYU LAMINA

Ghita Firsty Virginia (M111 16 538) Karakteristik Perkat Resorsinol
Formaldehida Berbahan Kulit Buah Salak dan Aplikasinya pada Kayu Lamina
Tanin yang terdapat pada tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai perekat alami dalam
pengolahan kayu. Bahan baku tanin banyak ditemukan pada bagian kulit maupun
batang kayu. Sayangnya bahan baku tanin yang tersedia belum menjawab kebutuhan
perekat dalam industry pengolahan kayu. Oleh karena itu, inovasi pemanfaatan ekstrak
kulit buah salak digunakan untuk membantu menyediakan bahan baku yang optimal.
Kulit buah salak yang diindikasi memiliki senyawa tanin dievaluasi hasil ekstraksinya
dan karakteristik dari perekat tanin resorsinol formaldehida hingga pengaplikasiannya
terhadap kayu lamina. Hasil pengujian kadar padatan ekstrak tanin sebesar 1,28%
dengan kadar tanin yang dimiliki sebesar 1,85% sementara bilangan Stiasnynya
76,67%. Karakteristik perekat tanin resorsinol formaldehida (TRF) dibedakan
berdasarkan persentase kadar resorsinolnya, yaitu: 5%, 10% dan 15%. Perbedaan
persentase kadar resorsinol memengaruhi hasil pengujian karakteristik perekat TRF.
Semakin banyak resorsinol yang ditambahkan kedalam formulasi perekat maka
semakin tinggi pula nilai viskositas dan kadar padatannya, sementara waktu
gelatinasinya akan semakin cepat. Aplikasi perekat pada kayu lamina sengon memiliki
nilai keteguhan rekat tertinggi sebesar 63,81 kg/cm3
dan kerusakan kayunya sebesar
53,3% dengan kadar resorsinol 15%. Lamina pinus untuk kadar presentasi resorsinol
15% memiliki keteguhan rekat sebesar 63,81 kg/cm3
dan tidak memiliki kerusakan
kayu sama sekali.
Kata kunci : Tanin, Kulit Buah Salak, Perekat Tanin, Resorsinol.