RESILIENSI MASYARAKAT PENYINTAS BENCANA ALAM MELALUI PROGRAM PEMULIHAN MATA PENCAHARIAN (Studi Kasus Penerima Manfaat Program Pemulihan Mata Pencaharian di Desa Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala) = RESILIENCE PUBLIC SURVIVORS OF NATURAL DISASTERS THROUGH THE LIVELIHOOD RECOVERY PROGRAM (Study Case Recipient Benefits Of The Livelihood Recovery Program In The Village Of Tompe, Subdistrict Of Sirenja Regency, Donggala)

MOHAMMAD AKSYAR. Resiliensi Masyarakat Penyintas Bencana Alam Melalui Program Pemulihan Mata Pencaharian (Studi Kasus Penerima Manfaat Program Pemulihan Mata Pencaharian Di Desa Tompe Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala) (Dibimbing oleh : Suparman Abdullah dan Sakaria).

Bencana alam yang terjadi dengan dahsyat berupa gempa bumi dan tsunami pada tahun 2018 di Desa Tompe Kabupaten Donggala. Mengakibatkan banyaknya jumlah korban jiwa dan infrastruktur yang rusak. Sala satu sektor yang paling dibutuhkan untuk membangun resiliensi masyarakat penyintas bencana alam pasca bencana yaitu program pemulihan mata pencaharian oleh Lembaga Human Initiative. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses resiliensi masyarakat penyintas bencana alam melalui program pemulihan mata pencaharian. Kendala-kendala dalam proses resiliensi Dan Kolaborasi masyarakat penyintas bencana alam, Lembaga Human Initiative dan pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data atau display, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses resiliensi masyarakat penyintas bencana alam melalui program mata pencaharian Human Initiative sudah terbentuk, namun mengalami kesulitan disebabkan ketidakmampuan masyarakat penyintas bencana alam dalam beradaptasi dengan mata pencaharian yang baru. Kendala dalam proses resiliensi yaitu kendala internal yang terdiri dari semangat gotong royong menurun, rendahnya partisipasi, dan terjadinya konflik. kendala eksternal terdiri dari perubahan lingkungan alam, infrastruktur rusak, kurangnya dukungan pemerintah daerah dan keterbatasan Lembaga Human Initiative. Kolaborasi masyarakat penyintas bencana, Lembaga Human Initiative dan pemerintah dalam proses resiliensi sudah terbentuk sejak awal program, Namun pasca program berakhir peran stakeholder dari pemerintah Kabupaten Donggala sudah tidak terlibat. Sehingga terbentuknya kolaborasi stakeholder hanya berjalan sampai pasca program berakhir.

Keywords : Resiliensi, Penyintas Bencana Alam, Mata Pencaharian