Jalias, Dr. Sitti Jamiatul Husnah (2021) EVALUASI FAKTOR RESIKO PADA PASIEN PANKREATITIS POST ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY (PPE). Thesis thesis, Universitas Hasanuddin.
C101215209_tesis Cover1.png
Download (147kB) | Preview
C101215209_tesis I-II.pdf
Download (625kB)
C101215209_tesis DP.pdf
Download (378kB)
C101215209_tesis.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (987kB)
Abstract (Abstrak)
Latar Belakang: Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) merupakan prosedur eksklusif, dan modalitas terapi endoskopi serta prosedur khusus yang digunakan untuk diagnosis dan pengobatan gangguan pankreas dan sistem empedu. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) adalah prosedur endoskopi yang berkaitan dengan tingkat kompleksitas tertinggi. Pankreatitis pasca ERCP (PEP) adalah komplikasi yang paling umum terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya PEP.
Metode: Penelitian ini dilakukan dalam penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional menggunakan data rekam medis Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar dari Januari 2017 - Agustus 2020. Kadar amilase dan enzim lipase serum terdapat di dalam darah dan dinyatakan dalam IU / mL. Pankreatitis post ERCP ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis oleh The Atlanta Classification 2012 yaitu berdasarkan temuan 2 dari 3 kriteria yaitu (1). nyeri perut konsisten dengan pankreatitis akut, 2). Peningkatan amilase atau lipase lebih dari 3 kali batas atas normal, dan 3). Bukti adanya peradangan pankreas yang terlihat dengan hasil pencitraan
Hasil: Penelitian ini melibatkan 310 subjek pasien pasca ERCP yang terdiri dari 60,3% laki-laki, 74,5% usia <60 tahun, 55,5% diagnosis bukan batu saluran empedu. Insiden PEP adalah 24 (7,7%). Meskipun dianggap) tidak signifikan, kejadian PEP lebih banyak ditemukan pada wanita, usia <60 tahun, tidak ada riwayat pankreatitis sebelumnya dan, diagnosis bukan batu saluran empedu. Kejadian PEP berdasarkan prosedur pengobatan juga lebih banyak pada waktu kanulasi 20 menit (69,7%), lama prosedur 50 menit tanpa pemasangan balloon retriever, sfingterektomi, pemasangan stent, dan dilatasi bilier.
Kesimpulan: Kejadian PPE ditemukan meningkat pada evaluasi beberapa faktor risiko yang ditemukan secara klinis dan pada prosedur tindakan ERCP, namun tidak memperlihatkan hubungan dengan kejadian PPE.
Item Type: | Thesis (Thesis) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) R Medicine > RC Internal medicine |
Divisions (Program Studi): | Fakultas Kedokteran > PPDS Ilmu Penyakit Dalam |
Depositing User: | wahyuni aras |
Date Deposited: | 25 Feb 2021 03:15 |
Last Modified: | 25 Feb 2021 03:15 |
URI: | http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/2649 |