PRODUKSI DAN DAYA TERIMA ABON IKAN LAYANG SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL

Gaya hidup yang kian bergeser mempengaruhi pola konsumsi makanan
sehingga menimbulkan penyakit degenaratif yang merupakan penyakit tidak
menular dan menempati posisi sebagai pembunuh nomor satu. Untuk mentaktisi
hal tersebut, hadir konsep teknologi pangan sebagai alternative
penganekaragaman pangan agar masyarakat bias mengonsumsi makakan yang
beragam namun tetap memperoleh manfaat dari kandungan gizi yang dikandung
oleh bahan utamanya Abon ikan layang hadir sebagai salah satu produk teknologi
pangan dan sekaligus menjadi pangan fungsional. Peranannya sebagai pangan
fungsional dapat dilihat dari senyawa atau kandungan omega 3 yang berpotensi
menjadi penangkal radikal bebas sehingga dapat mencegah penyakit degeneratif
Penelitian ini bertujuan menganalisis daya terima 3 formula produk abon
ikan layang. Penelitian ini dilakukan pada 8 panelis terlatih dengan uji mutu
hedonik dan 25 panelis tidak terlatih dengan uji hedonik. Pengolahan data dan
analisis menggunakan software excel dan SPSS serta disajikan dalam bentuk
tabel, grafik, dan teks naratif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
terhdap daya terima abon ikan layang. Berdasarkan hasil analisis statistik empat
parameter pada panelis terlatih bahwa hanya aroma (p=0,024) dan warna
(p=0,003) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya terima abon ikan
layang. Sementara pada panelis tidak terlatih, semua parameter warna (p=0,000),
aroma (p=0,000), tekstur (p=0,000) dan rasa (p=0,000) memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap daya abon ikan layang. Formula abon iakan layang yang
terpilih dan paling banyak disukai adalah formula 3 dengan presentase 81,86%
untuk panelis tidak terlatih dan 63,75% untuk panelis. Formula terpilih kemudian
akan diuji secara lanjut dengan uji kandungan zat gizi makro dan mikro, uji
kandungan omega 3 dan uji daya simpan