Hubungan Kerapatan Mangrove Dengan Sampah Laut Anorganik Di Desa Bulu Cindea Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep

Sampah anorganik merupakan masalah yang sangat penting karena dampak yang ditimbulkan oleh sampah jenis ini dapat mengancam kelangsungan hidup dan kelestarian biota yang terdapat di perairan. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif sebagai penyedia jasa ekosistem terdiri dari tumbuhan dengan akar penyangga dan pneumatofor yang selain membantu pertukaran gas, stabilisasi tumbuhan pada substrat dan habitat biota laut. Sampah yang terperangkap oleh akar penyangga dapat menimbulkan hambatan fisik yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove dan fauna yang hidup di ekosistem mangrove. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2022 di Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan. Tujuan penelitiana ini yaitu mengidentifikasi jenis dan sebaran sampah laut anorganik yang terdapat di ekosistem mangrove berdasarkan jumlah, ukuran dan berat serta mengetahui hubungan antara jumlah dan berat sampah anorganik dengan kerapatan mangrove. Pengambilan sampel sampah laut anorganik pada masing-masing stasiun dilakukan pada saat surut dengan membentuk transek persegi dengan panjang x lebar berturut-turut 10 x 10 meter. Pengukuran kerapatan mangrove dilakukan pada transek yang sama dengan pengambilan data sampah laut anorganik. Hasil yang didapatkan pada ekosistem mangrove terdapat 5 kategori jenis sampah anorganik yang ditemukan yaitu plastik, logam, kaca, karet dan serat. Persentase jumlah sampah anorganik berdasarkan letaknya yaitu di sedimen 85%, diikuti akar 15%, daun 0%, batang 0% dan tangkai 0%. Hasil uji analisis menunjukkan ada pengaruh antara kerapatan mangrove dengan jumlah dan berat sampah anorganik.