Karakteristik Lamina Bambu Terwarnai Dengan Beberapa Pewarna Alami = Properties Evaluation of Dyed Laminated Bamboo by Bio-Colourants

Perendaman merupakan upaya yang dilakukan untuk menambah nilai dekoratif. Telah diketahui penggunaan pewarna sintetis berbahaya bagi kesehatan dan telah dilakukan penelitian untuk mencari pewarna yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi penggunaan pewarna alami pada lamina bambu dan menganalisis pengaruh pewarnaan terhadap sifat mekanis bambu laminasi. Zat pewarna diekstrak dari biji kesumba keling (Bixa orellana), kulit buah alpukat (Persea americana), dan daun indigofera (indigofera tinctoria). Lamina bambu dibuat dari bambu petung (Dendrocalamus asper) dengan ukuran 5 x 30 x 370 mm. Pewarna alami yang telah diekstraksi diaplikasikan pada lamina bambu melalui metode perendaman. Bambu laminasi dihasilkan dengan menggabungkan 4 lamina yang diwarnai menggunakan perekat PVAc. Pengukuran warna dilakukan pada setiap sampel dan dihitung menggunakan metode CIELab. Pengujian sifat mekanis bambu laminasi yang diuji adalah keteguhan rekat, tekan sejajar serat, dan keteguhan lentur statis. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan nilai warna dari ketiga pewarna yang digunakan. Nilai retensi dan penetrasi bervariasi pada ketiga pewarna. Bambu laminasi terwarnai ekstrak indigofera memperoleh nilai keteguhan rekat tertinggi sebesar 66,25 kg/cm2 dan berbanding terbalik untuk nilai kuat tekan sejajar serat. Pewarnaan dengan perendaman tampak menurunkan nilai lentur statis. Namun nilai MOR yang diperoleh memenuhi persyaratan JAS untuk semua jenis pewarna alami.

Keywords : pewarna alami, pewarnaan, bambu laminasi, sifat mekanik