LAJU INFILTRASI PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI BAGIAN HULU DAS TANGKA


Reski, Reski (2020) LAJU INFILTRASI PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI BAGIAN HULU DAS TANGKA. Skripsi thesis, Universitas Hasanuddin.

[thumbnail of sampul]
Preview
Image (sampul)
20_G11115046_Cover1.jpg

Download (4kB) | Preview
[thumbnail of Full text] Text (Full text)
20_G11115046(FILEminimizer) ... ok.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (4MB)

Abstract (Abstrak)

Latar Belakanng. Daerah Aliran Sungai(DAS) merupakan suatu ekosistem yang didalamnya terdapat berbagai penggunaan lahan. Kondisi penggunaan lahan yang berbeda akan mempengaruhi sifat tanah suatu lahan. Sifat tanah inilah yang mempengaruhi infiltrasi suatu lahan. Laju infiltrasi pada suatu lokasi bergantung pada faktor tekstur tanah, bahan organik tanah, kadar air tanah, kerapatan massa, kerapatan partikel, dan porositas tanah. Faktor-faktor tersebut menyebabkan laju infiltrasi pada suatu lokasi berbeda dengan lokasi yang lain. Salah satu DAS yang berada di Sulawesi Selatan adalah DAS Tangka. DAS Tangka mempunyai luas sekitar ±47.504,86 ha yang wilayahnya mencakup 3 kabupaten yaitu, Kabupaten Bone, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai. Besarnya laju suatu infiltrasi dapat ditentukan dengan beberapa macam model persamaan yang telah dikembangkan oleh para peneliti, salah satunya adalah model persamaan Horton. Tujuan. Peneliti bertujuan menganalisis laju infiltrasi pada berbagai penggunaan lahan di Sub Daerah Aliran Sungai Tangka, mengkaji sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi dan menerapkan model Horton dalam laju infiltrasi. Metode. Peneliti menggunakan metode Horton dalam penentuan laju infiltrasi. Pengukuran infiltrasi dilakukan pada tujuh penggunaan lahan berbeda dengan tiga kelas kemiringan lereng pada Sub DAS Tangka. Hasil. Dapat diketahui pada penggunaan lahan hutan didominasi kriteria infiltrasi sedang sama dengan lahan sawah tadah hujan. Namun yang membedakan lahan hutan dan sawah tadah hujan yaitu kerapatan isinya rata-rata dibawah 1 g/cm3 lebih rendah dibandingkan lahan sawah tadah hujan pada kemiringan lereng yang sama. Pada penggunaan lahan sawah didominasi oleh infiltrasi agak cepat. Meskipun begitu, lahan sawah lebih cepat mencapai infiltrasi konstan karena kadar airnya yang lebih tinggi dibanding penggunaan lahan lainnya sehingga menyebabkan kelembaban. Penggunaan lahan semak belukar memiliki nilai kerapatan isinya yang rendah dan diikuti dengan bahan organik yang cukup tinggi sehingga lebih mudah dalam terjadinya infiltrasi. Pada penggunaan lahan perkebunan memiliki tekstur yang sama dengan penggunaan lahan permukiman dan kadar air awal tanah yang tidak berbeda jauh. Tetapi kerapatan isi pada lahan permukiman sangat tinggi yaitu 2,02 g/cm3 lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya. Kesimpulan. Laju infiltrasi lahan hutan didominasi oleh infiltrasi sedang, lahan sawah tadah hujan dan permukiman termasuk infiltrasi sedang, lahan sawah didominasi oleh infiltrasi agak cepat, lahan semak belukar dan tegalan/ladang termasuk infiltrasi agak cepat dan lahan perkebunan termasuk infiltrasi cepat. Berdasarkan hasil uji regresi antara laju infiltrasi lapang dan laju infiltrasi Horton diperoleh hubungan yang sangat nyata yaitu memiliki nilai rata-rata R2 diatas 0,9, sehingga perhitungan infiltrasi dengan metode Horton dapat digunakan untuk memperkirakan laju infiltrasi pada tujuh

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Depositing User: - Andi Anna
Date Deposited: 10 Dec 2020 11:34
Last Modified: 10 Dec 2020 11:34
URI: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/819

Actions (login required)

View Item
View Item