SISTEM AGROFORESTRI BERBASIS LEBAH Trigona incisa (APISILVIKULTUR) MENUJU SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN = AGROFORESTRY SYSTEM BASED ON Trigona incisa HONEY BEES (APISILVICULTURE) TOWARDS A SUSTAINABLE AGRICULTURE SYSTEM

BUDIAMAN. Sistem Agroforestri Berbasis Lebah Trigona incisa (Apisilvikultur) Menuju Sistem Pertanian Berkelanjutan (dibimbing oleh Yusran , Samuel Arung Paembonan dan Iswara Gautama).
Lebah madu Trigona incisa merupakan jenis lebah jenis endemik Sulawesi yang jinak, tidak menyengat, sehingga lebih mudah dimanipulasi dikendalikan serta memiliki potensi produksi tertinggi dibandingkan lebah Trigona lainnya pada berbagai wilayah Agroforestri dan dapat menghasilkan 13 jenis diversivikasi produk bernilai ekonomi tinggi. Penelitian ini bertujuan menemukan sistem agroforestri berkelanjutan dengan memanfaatkan dan memadukan lebah Trigona incisa dan areal agroforestri untuk mendapatkan hasil yang optimum dan berkelanjutan (ekonomi, ekologi, sosial - budaya). Metode Penelitian yang digunakan adalah metode observasi langsung , wawancara semi terstruktur,diskusi fokus group, penelusuran data sekunder , dan analisis laboratorium . Sedangkan analisis yang digunkan adalah analisis deskriptif untuk sosial budaya, analisis ekologi dengan analisis vegetasi dan ketersediaan pakan , analisis ekonomi IRR, BCR,NVP,PP, analisis sensivitas,analisis kualitas madu berdasarkan standar uji SNI-01- 3545-2004 dan sistem pertanian berkelanjutan dianalisis dengan analisis keberlanjutan ekologi, sosial dan budaya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Sistem apisilvikultur memiliki 18 jenis diverisivikasi produksi dari 6 jenis tanaman/ternak komposisi penyusun sistem apisilvikultur, sedangkan untuk lebah madu Trigona spp. terdapat 8 jenis produk yang potensial dapat dihasilkan untuk dijual sebagai produk diversifikasi dari system apisilvikultur, yaitu: madu, bee bread, lilin, propolis, larva ratu, larva jantan, larva pekerja, dan bibit koloni lebah.Rata-rata pendapatan usahatani apisilvikultur adalah Rp. 8.196.147,- per Kepala Keluarga (KK) per tahun atau Rp.683.012,- per bulan, namun hasil tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang nilainya Rp. 3.566.643,- juta per bulan, namun menutut Analisis Kelayakan Finansial semuanya layak diusahakan secara komersial. Usaha tani apisilvikultur (agroforestri dengan lebah Trigona incisa) layak diusahakan berdasarkan kriteria kelayakan finansial, yaitu NPV > 0, BCR >1, dan IRR > r, dan jika nilai IP ≥1 dan PP≤ PP yang ditargetkan, sehingga dapat dijadikan model untuk menjadi salah satu lapangan usaha baru dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dalam rangka pengentasan kemiskinan di pedesaan. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi apisilvikultur adalah luas lahan dan jumlah koloni. Parameter kualitas madu Trigona spp. yang memenuhi syarat mutu SNI-01-3545-2004 ada 7 parameter yaitu: kadar abu, padatan yang tidak larut dalam air, Hydroximethylfurfural (HMF), sukrosa, cemaran logam Timbal, Cuprum dan Arsen, sedangkan parameter yang tidak memenuhi standar ada 4 parameter, yaitu kadar air, keasaman, gula pereduksi, dan aktivitas enzim diastase, tetapi jika dibandingkan dengan SNI 2018 maka semua parameter kualitas memenuhi standar Nasional dan Internasional .
Kata Kunci : sistem agroforestri apisilvikultur, lebah madu Trigona incisa, berkelanjutan