ANALISIS TRANSPLANTASI BAMBU LAUT (Isis hippuris) DENGAN METODE SUBSTRAT JARING DAN VERTICAL ARTIFFICIAL REEF (VAR) DI KAWASAN COMBBITY GARDEN KABUPATEN WAKATOBI = ANALYSIS OF SEA BAMBOO (Isis hippuris) TRANSPLANTATION USING NET SUBSTRATE AND VERTICAL ARTIFICIAL REEF (VAR) METHODS IN THE COMBBITY GARDEN AREA, WAKATOBI REGENCY

ABSTRAK Souwakil. Analisis transplantasi bambu laut Isis hippuris dengan metode substrat jaring dan Vertical Artificial Reef (VAR) di kawasan Combbity Garden, Kabupaten Wakatobi. (Dibimbing oleh Abdul Haris dan Syafyudin Yusuf). Latar Belakang. Populasi bambu laut (Isis hippuris) di perairan Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi mengalami penurunan signifikan akibat aktivitas destruktif seperti pemboman ikan dan penggunaan bahan kimia beracun. Minimnya penelitian mengenai metode transplantasi bambu laut pada berbagai kedalaman dan pengaruh kondisi lingkungan oseanografi menjadi tantangan utama dalam upaya konservasi spesies ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan bambu laut yang ditransplantasi menggunakan metode substrat jaring dan Vertical Artificial Reef (VAR) pada berbagai kedalaman serta mengkaji hubungan antara parameter lingkungan oseanografi dengan hasil transplantasi di kawasan Combbity Garden. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua metode transplantasi, yaitu substrat jaring dan VAR, selanjutnya transplantasi ditempatkan pada tiga kedalaman 2, 6, 10 m. Analisis data dilakukan menggunakan uji two-way ANOVA melalui SPSS untuk menentukan pengaruh metode dan kedalaman terhadap tingkat kelangsungan hidup, serta PCA melalui XLSTAT untuk mengevaluasi korelasi parameter lingkungan oseanografi terhadap tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan bambu laut. Tingkat kelangsungan hidup bambu laut dengan metode substrat jaring mencapai 80±10,4% (2 m), 93±3,38% (6 m), dan 88±10,4% (10 m). Sementara itu, metode VAR menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 100% pada kedalaman 2 m dan 6 m, tetapi menurun menjadi 88±5,69% pada kedalaman 10 m. Uji two-way ANOVA menunjukkan bahwa metode (P < 0,005) dan kedalaman (P < 0,003) memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kelangsungan hidup bambu laut. Laju pertumbuhan tertinggi ditemukan pada metode VAR di kedalaman 6 m (2,04±1,42 mm), sementara metode substrat jaring mencatat laju pertumbuhan sebesar 1,91±1,33 mm. Pada kedalaman 2 m, metode VAR mencatat pertumbuhan 1,91±1,40 mm, lebih tinggi dibandingkan metode substrat jaring (1,47±1,07 mm). Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan pada laju pertumbuhan berdasarkan metode dan kedalaman (p>0,005). Analisis PCA menunjukkan kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan kondisi bambu laut berkorelasi dengan parameter lingkungan oseanografi di kawasan Combbity Garden. Transplantasi bambu laut menggunakan dua metode dan kedalaman yang berbeda memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat kelangsungan hidup, sedangkan laju pertumbuhan tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Parameter kecerahan cahaya dan kecepatan arus memiliki korelasi positif yang signifikan terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup bambu laut I. hippuris di kawasan Combbity Garden.