IDENTIFIKASI TREPONEMA PALLIDUM MENGGUNAKAN PEMERIKSAAN SEROLOGIS, CLIA (CHEMILUMINESCENE IMMUNOASSAYS) DAN PCR PADA PASIEN BERESIKO TINGGI INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI MAKASSAR = IDENTIFICATION OF TREPONEMA PALLIDUM USING SEROLOGICAL EXAMINATION METHODS, CLIA(CHEMILUMINESENCE IMMUNOASSAYS) METHODS AND PCR IN PATIENTS AT HIGH RISK OF SEXUALLY TRANSMITTED INFECTION IN MAKASSAR

Penegakan diagnosis pada sifilis harus dilakukan pada pasien dengan tanda-tanda atau adanya gejala klinis infeksi sifilis. Selain itu, pasien tanpa gejala harus diskrining untuk sifilis jika pasien berada pada resiko tinggi terhadap penyakit tersebut atau untuk penularan penyakit ke orang lain. Uji serologi umumnya digunakan untuk penegakan diagnosis sifilis, tes ini pertama kali dijelaskan oleh Wasserman pada tahun 1906. (Clement et al., 2014b; Palmer et al., n.d.) Dua kategori antibodi: non-treponemal dan treponemal. Non-treponemal dideteksi dengan tes rapid plasma reagin (RPR), tes Venereal Disease Research Laboratory (VDRL), dan tes toluidine red unheated serum test (TRUST). Sedangkan antibodi Treponemal dideteksi dengan tes immunofluorescence (FTA-ABS) atau aglutinasi hemaglutinasi T. pallidum (TPHA) atau aglutinasi T. pallidum (TP-PA). Secara tradisional, infeksi T. pallidum dapat didiagnosis dengan menggunakan tes skrining non-treponemal, dengan hasil reaktif dapat dikonfirmasi dengan tes serologi treponemal.(Sarbu & Benea V, 2014)