PUTRA, MUHAMMAD RIZKY TRIMULYA (2025) EVALUASI KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI DENGAN REPEAT BREEDING SYNDROME SETELAH SINKRONISASI ESTRUS = EVALUATION OF THE SUCCESS OF ARTIFICIAL INSEMINATION IN CATTLE WITH REPEAT BREEDING SYNDROME AFTER ESTRUS SYNCHRONIZATION. Skripsi thesis, Universitas Hasanuddin.
![[thumbnail of Cover]](/48718/1.hassmallThumbnailVersion/C031211047-Cover.jpg)

C031211047-Cover.jpg
Download (466kB) | Preview
![[thumbnail of Bab1-2]](/style/images/fileicons/text.png)
C031211047-1-2(FILEminimizer).pdf
Download (74kB)
![[thumbnail of Dapus]](/style/images/fileicons/text.png)
C031211047-dp(FILEminimizer).pdf
Download (40kB)
![[thumbnail of Full Text]](/style/images/fileicons/text.png)
C031211047-full(FILEminimizer).pdf
Restricted to Repository staff only until 28 August 2027.
Download (880kB)
Abstract (Abstrak)
Latar Belakang. Repeat breeding syndrome (RBS) merupakan suatu kondisi dimana sapi betina dengan siklus estrus normal tidak dapat bunting meskipun telah diinseminasi dengan semen pejantan fertil sebanyak tiga kali atau lebih. Adanya RBS pada sapi dapat menurunkan efisiensi reproduksi dan produksi ternak serta menyebabkan jarak beranak menjadi lebih panjang. Oleh karena itu, diperlukan manajemen reproduksi yang baik untuk meningkatkan keberhasilan inseminasi buatan (IB) dan mengurangi kejadian perkawinan berulang. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan fertilitas adalah sinkronisasi estrus. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sinkronisasi estrus dengan pemberian hormon prostaglandin terhadap angka kebuntingan pada sapi dengan RBS dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan inseminasi buatan pada sapi-sapi tersebut. Metode. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi kasus pada sapi yang terdiagnosis RBS. Sampel penelitian terdiri dari 14 ekor sapi berumur 2-8 tahun dengan skor kondisi tubuh 3-4, hormon prostaglandin diberikan sebanyak dua kali dengan dosis 2 ml per ekor sapi secara intramuskular, dengan selang waktu 11 hari. Inseminasi buatan dilakukan dalam kurun waktu 3 hari setelah sinkronisasi. Diagnosis kebuntingan dilaksanakan 60 hari pasca IB. Uji Fisher’s-test digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor seperti jenis sapi, umur, skor kondisi tubuh, intensitas estrus, waktu mulai birahi, durasi estrus, dan estrus waktu IB. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinkronisasi estrus dilakukan dengan pemberian prostaglandin meningkatkan tingkat kebuntingan pada sapi dengan RBS dengan persentase sebesar 50% (7/14). Analisis statistik menunjukkan bahwa faktor waktu IB berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebuntingan. Namun, faktor seperti jenis sapi, umur, skor kondisi tubuh, intensitas estrus, durasi estrus, dan waktu mulai birahi pasca penyuntikan hormon tidak memiliki pengaruh signifikan. Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan inseminasi buatan (IB) pada sapi RBS mencapai 50%. Faktor yang memengaruhi keberhasilan IB adalah waktu IB. Hasil ini menegaskan pentingnya aplikasi sinkronisasi estrus dan ketepatan waktu IB untuk meningkatkan tingkat kebuntingan sapi pada sapi dengan RBS.
Keyword : Inseminasi Buatan, Repeat Breeding Syndrome, Sinkronisasi Estrus, Sapi.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Artificial Insemination, Repeat Breeding Syndrome, Estrus Synchronization, Cows. |
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) |
Divisions (Program Studi): | Fakultas Kedokteran > Profesi Dokter Hewan |
Depositing User: | Rasman |
Date Deposited: | 28 Aug 2025 04:22 |
Last Modified: | 28 Aug 2025 04:22 |
URI: | http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/48718 |