Nurlidiawati, Nurlidiawati (2024) Ritual Sepuluh Muharram di Desa Pallantikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa (Studi Analisis Makna Simbolis) = Ten Muharram Rituals in Pallantikang Village, Pattallassang District, Gowa Regency (Symbolic Meaning Analysis Study). Disertasi thesis, Universitas Hasanuddin.
![[thumbnail of Cover]](/48621/1.hassmallThumbnailVersion/E023191001-vitj9XwgfqcFHoOC-20250321113427.png)

E023191001-vitj9XwgfqcFHoOC-20250321113427.png
Download (166kB) | Preview
![[thumbnail of Bab 1-2]](/style/images/fileicons/text.png)
E023191001-1-2.pdf
Download (431kB)
![[thumbnail of Dapus]](/style/images/fileicons/text.png)
E023191001-dp.pdf
Download (70kB)
![[thumbnail of Full Text]](/style/images/fileicons/text.png)
E023191001-full text.pdf
Restricted to Repository staff only until 30 December 2026.
Download (1MB)
Abstract (Abstrak)
ABSTRAK NURLIDIAWATI. Ritual Sepuluh Muharram di Desa Pallantikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa (Studi Analisis Makna Simbolis) Tujuan penelitian: menganalisis/mendeskripsikan: (1) Pandangan masyarakat tentang ritual sepuluh Muharram dalam konteks Islam, (2) Pandangan masyarakat dalam konteks adat-stiadat/budaya, (3) Makna simbol dalam ritual, (4) Pembauran Islam dengan adat-istiadat/budaya dalam ritual. Jenis penelitian deskriptif kualitatif pendekatan etnografi, panduan teori interpretatif simbolik. Dilaksanakan di Desa Pallantikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa. Sumber data: primer dan sekunder. Primer (tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat). Sekunder (buku, artikel, hasil penelitian). Data dikumpulkan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data diolah melalui tahapan reduksi, penyajian, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Masyarakat Pallantikang umumnya pengikut Nu, selebihnya Muhammadiyah. NU beranggapan sepuluh Muharram bagian dari budaya Islam ditandai adanya ritual yang memperlihatkan keserasian nilai keislaman dengan adat-istiadat. Sedangkan Muhammadiyah tidak melakukan ritual selain hanya berpuasa tasu’a dan asyura (9 dan 10 Muharram), (2) Masyarakat memandang sepuluh Muharram sebagai momen tepat melakukan ritual: songka bala’, bubur asyura, makan bersama, do’a bersama, berbelanja, bakar kemenyan, dan bersedekah. Ada hal yang sebaiknya tidak dilakukan sebelum dibacakan do’a asyura seperti pernikahan dan berbelanja. (3) Simbol bubur asyura; putih dimanifestasikan penghapus tidak baik, merah membela kebaikan, kelapa simbol kehidupan lebih baik, gula merah simbol kenikmatan hidup, telur simbol kemandirian dan keberhasilan, ubi ungu dianalogikan warna-warni kehidupan, buah su’rang sebagaimana namanya asyura wajib adanya pada hari asyura. (4) Pembauran Islam dengan adat-istiadat/budaya dilihat pada proses pelaksanaan terkait waktu, tempat, bacaan doa, dan api dupa (tradisi masyarakat setempat)
Item Type: | Thesis (Disertasi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Agama, budaya, dan simbol |
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions (Program Studi): | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Ilmu Antropologi |
Depositing User: | Unnamed user with username pkl2 |
Date Deposited: | 27 Aug 2025 01:00 |
Last Modified: | 27 Aug 2025 01:00 |
URI: | http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/48621 |