DESAIN STANDAR PENDAPATAN HIDUP LAYAK BERBASIS SOSIO-SPASIAL: STUDI KASUS KAWASAN KOPI KABUPATEN BANTAENG = DESIGNING DECENT LIVING INCOME STANDARDS BASED ON SOCIO-SPATIAL ANALYSIS: CASE STUDY OF COFFEE AREA IN BANTAENG REGENCY

Perubahan sistem pengusahaan lahan kopi merupakan upaya petani untuk meningkatkanketahanan dan memperbaiki penghidupan yang layak bagi rumah tangganya. Modeloptimalisasi pengusahaan lahan dengan sistem agroforetri perspektif pertanianberkelanjutan menjadi solusi yang efektif sebagai startegi resiliensi petani dan keluargauntuk tetap sejahtera. Dengan berfokus pada peningkatan mata pencaharian keluargapetani kopi, model ini akan mengeksplorasi cara terbaik untuk mencapai pendapatan yanglayak, khususnya bagi petani kecil yang merupakan tulang punggung industri kopiIndonesia. Tujuan. Mengukur standar pendapatan hidup layak dan menyusun modeloptimalisasi pengusahaan lahan pertanian untuk mendukung peningkatan pendapatanhidup rumah tangga petani kopi di kawasan nasional pengembangan kopi di KabupatenBantaeng. Metode. Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu 1) menyusun standarpendapatan hidup layak keluarga petani kopi; 2) rekomendasi komoditas pertanian yangsesuai diusahakan di kawasan nasional perkebunan kopi; 3) menyusun modeloptimalisasi pengusahaan lahan dalam mendukung pemenuhan standar pendpaatanhidup layak rumah tangga petani kopi di Kawasan Nasional Pengambangan Kopi.Penelitian ini mengintegrasikan metodologi upah layak anker dengan pendekatan sosiospasialdigunakan untuk memvisualisasikan distribusi dinamika kehidupan yang layakdalam berbagai kondisi rumah tangga petani. Hasil. Standar pendapatan hidup layakkeluarga petani di Kawasan pengembangan kopi Kab. Bantaeng adalah sebesar Rp5.023.200 per bulan, dengan asumsi ukuran rumah tangga rata-rata 4,47. Pada kondisieksisting, 96,6% rumah tangga petani kopi di kawasan nasional pengembangan kopimemiliki pendapatan hidup yang tidak layak, dan hanya 3,4% yang berada pada standarpendapatan hidup layak. Optimalisasi pengusahaan lahan dapat dilakukan dengan sistemagroforestri dengan mengintegrasikan kopi dengan tanaman penyangga cengkeh,alpukat dan cabai. Model ini mampu meningkatkan jumlah rumah tangga petani kopidengan pendapatan hidup layak yang signifikan, yaitu 70.2% pada model skenarioagroforestri I, 69% pada skenario II dan 70,5% pada skenario III. Selain peningkatanpendapatan hidup, model ini juga dapat memberi ketahanan ekonomi rumah tanggapetani diberbagai kondisi yang kurang menguntungkan. Kesimpulan: Optimalisasipengusahaan lahan model agroforestry kopi dengan tanaman penyangga cengkeh,alpukat, dan cabai mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga petani kopi padataraf yang layak. Pendekatan spasial efektif menjelaskan kondisi dinamika sosial ekonomidi lokasi penelitian. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi acuan penting dalammelaksanakan program pembangunan pertanian yang menitik beratkan padakesejahteraan dan pemerataan pembangunan sebagai tolok ukur tujuan pembangunanberkelanjutan di masa mendatang.

Keyword : Kopi,Sosio-Spaial, Pendapatan Hidup Layak, Pertanian Berkelanjutan, Agroforestri Kopi