Rustam, Andi Muh Fadly (2025) Analisis Erosi Menggunakan Model SWAT (Soil and Water Assessment Tool) di Daerah Aliran Sungai Karajae = Analysis of Erosion Using the SWAT (Soil and Water Assessment Tool) Model in the Karajae Watershed. Skripsi thesis, Universitas Hasanuddin.
![[thumbnail of Cover]](/48339/1.hassmallThumbnailVersion/M011191180-sRTh4fNGFk7qlCP3-20250317022842.jpeg)

M011191180-sRTh4fNGFk7qlCP3-20250317022842.jpeg
Download (67kB) | Preview
![[thumbnail of Bab 1-2]](/style/images/fileicons/text.png)
M011191180-t5OGYT3SC2Wh14oF-20250317022842.pdf
Download (1MB)
![[thumbnail of Dapus]](/style/images/fileicons/text.png)
M011191180-ngMIQt9E6KrypZGs-20250317022842.pdf
Download (455kB)
![[thumbnail of Fulltext]](/style/images/fileicons/text.png)
M011191180-PSXuNeKdlfVWJLvs-20250317022842.pdf
Restricted to Repository staff only until 10 February 2027.
Download (6MB)
Abstract (Abstrak)
Latar Belakang. Erosi adalah proses terkikisnya tanah atau sebagian tanah dari suatu tempat yang terendapkan ke tempat lain. Erosi termasuk salah satu masalah yang ditimbulkan dari perubahan penggunaan lahan dan pengelolaan DAS yang kurang baik. DAS Karajae merupakan kawasan strategis yang terletak di Kota Pare-Pare dan Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, yang telah mengalami penurunan kualitas lahan sekitar aliran sungai Karajae akibat aktivitas manusia dan perubahan tata guna lahan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis erosi di DAS Karajae. Metode. Mekanisme penelitian dalam analisis erosi di DAS Karajae menggunakan model Soil and Water Assessment Tool (SWAT) serta menentukan arahan konservasi tanah dan air pada area yang memiliki tingkat bahaya erosi tergolong sedang. Hasil. Hasil penelitian DAS Karajae terbentuk 1997 HRU dan 84 Sub DAS. Nilai erosi terbesar terdapat pada Sub DAS 76 dengan luas 806,09 ha. Adapun faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya erosi, yaitu penutupan lahan, kemiringan lereng, dan tekstur tanah. DAS Karajae masih diperlukan arahan – arahan teknik konservasi tanah dan air di beberapa tempat yang tingkat bahaya erosinya tergolong sedang, misalnya pembuatan teras bangku (terasering), pengelolaan semak belukar terpadu, agroforestri, dan mempertahankan kawasan hutan. Kesimpulan. Penelitian di DAS Karajae menunjukkan bahwa erosi yang terjadi didominasi oleh kelas bahaya erosi ringan, mencakup 61,39% wilayah atau seluas 11.090,69 ha, dengan tingkat erosi sebesar 15-60 ton/ha/tahun dan rata-rata tahunan 23,58 ton/ha/tahun. Secara keseluruhan, DAS Karajae memiliki tiga kelas tingkat bahaya erosi, yaitu sangat ringan (3.775,67 ha), ringan (11.350,95 ha), dan sedang (2.880,56 ha). Penentuan arahan teknik konservasi tanah dan air pada DAS Karajae menggunanakan 2 metode yaitu metode mekanik dan vegetatif dimana terasering dan agroforestri menjadi pilihan utama. Kata Kunci: Erosi, Model SWAT, Arahan KTA, DAS Karajae
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Keywords: Erosion, SWAT Model, Conservation Strategies, Karajae Watershed |
Subjects: | S Agriculture > SD Forestry |
Divisions (Program Studi): | Fakultas Kehutanan > Kehutanan |
Depositing User: | Nasyir Nompo |
Date Deposited: | 14 Aug 2025 07:52 |
Last Modified: | 14 Aug 2025 07:52 |
URI: | http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/48339 |