Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dalam Mewujudkan Rumah Layak Huni (Studi Kasus: Kelurahan Tamalanrea Jaya, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar) = The Community Satisfaction Level of Home Improvement Assistance Program (BSPS) in Providing Livable House (Case Study: Tamalanrea Jaya Sub-District, Tamalanrea District, Makassar City)

Pengadaan rumah swadaya banyak dilakukan masyarakat Indonesia, terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Selain itu, MBR memiliki keterbatasan dana dan pengetahuan teknis terkait rumah layak huni. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menginisiasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas rumah menjadi layak huni. Tujuan penelitian ini ialah (1) mengidentifikasi karakteristik permukiman penerima Program BSPS, (2) menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terhadap Program BSPS, dan (3) menyusun rekomendasi peningkatan Program BSPS. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tamalanrea Jaya, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar dengan sampel keseluruhan populasi sebanyak 121 penerima Program BSPS. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif berupa statistik deskriptif, analisis spasial, Importance Performance Analysis (IPA), dan analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan kesesuaian standar. Hasil penelitian menunjukkan (1) sebagian besar masyarakat memenuhi syarat sebagai penerima bantuan, namun beberapa prosedur Program BSPS tidak sesuai petunjuk teknis. Berdasarkan kesesuaian standar kelayakan hunian, hanya 58 rumah layak dan 63 rumah tidak layak di antara penerima Program BSPS; (2) analisis IPA menunjukkan pelaksanaan Program BSPS kurang baik dengan nilai TKi 94,63% (<100%) sehingga masyarakat kurang puas khususnya indikator kecukupan dana bantuan, pembiayaan bahan bangunan, peningkatan kondisi rumah, dan kegiatan gotong royong; (3) hasil analisis menunjukkan perlunya peningkatan Program BSPS, yakni dengan menentukan skala prioritas kebutuhan perbaikan dan bahan, mengadakan sosialisasi material layak, melakukan gotong royong sesama penerima bantuan, dan menambah personel tenaga fasilitator lapangan, serta meningkatkan kelayakan hunian dengan memilih material layak, memperluas bangunan, mengelompokan masyarakat dan penerima bantuan, serta mengajukan produk bantuan.