PENANGANAN KASUS RETENSI PLASENTA PADA SAPI PERAH FH (Friesian Holstein ) DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN, BANYUMAS, JAWA TENGAH = MANAGEMENT OF PLACENTA RETENTION CASES IN FH DAIRY COWS (Friesian Holstein) AT THE BREEDING OF SUPERIOR AND GREEN ANIMAL FEED CATTLE (BBPTU-HPT) BATURRADEN, BANYUMAS, CENTRAL JAVA

Retensi plasenta adalah keadaan dimana plasenta tertahan lebih dari 8 jam setelah partus. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi, nutrisi, hormonal. Beberapa gejala klinis yang cukup jelas pada sapi yang mengalami retensio plasenta yaitu sebagian selaput fetus menggantung keluar dari vulva 8 jam atau lebih sesudah kelahiran normal, abortus atau distokia. Kasus dilaporkan terjadi di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTUH-HPT) Baturaden tepatnya di peternakan Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas JawaTengah pada tanggal 1 Desember 2022. Berdasarkan temuan klinis sapi di kandang D yaitu badan fetus telah keluar sebagian dari badan induk, induk sapi sulit untuk berdiri, sehingga sapi tersebut mengalami kesulitan partus karena kurangnya kontraksi uterus dari induk saat partus menyebabkan fetus tidak mampu keluar. Penanganan dan pengobatan yang dapat dilakukan untuk kasus retensi plasenta yaitu manual removal, pemberian hormon, antibiotik dan kolagenase. Prinsip pencegahan adalah untuk mengoptimalkan sistem imun pada periode peripartum melalui peningkatan manajemen konsumsi pakan. Retensio sekundinae dapat dikurangi dengan mencegah hipokalsemia dan pemberian kadar Se yang mencukupi pada sapi.