PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA TAHAN API TIPE ALUMINA TERHADAP PERILAKU BETON AKIBAT BEBAN TEKAN = The Effect of the Use of Waste Refractory Bricks Alumina Type on Concrete Behavior due to Compressive Loads

UMMULCHAIR JUREJE. Pengaruh Penggunaan Limbah Batu Bata Tahan Api Tipe Alumina Terhadap Perilaku Beton Akibat Beban Tekan (dibimbing oleh M. Wihardi Tjaronge dan Akbar Caronge)
Pemanfaatan limbah industri konstruksi sebagai pengganti agregat dalam campuran beton perlu untuk dilakukan dalam rangka penanganan terhadap eksploitasi material alam dan membantu untuk optimasi lahan akibat limbah industri konstruksi yang terus meningkat. Limbah batu bata tahan api (RB) merupakan salah satu jenis limbah yang berpotensi untuk digunakan sebagai pengganti agregat alami. Oleh karena itu, penelitian eksperimental dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah RB sebagai agregat kasar dengan persentase penggantian sebesar 0%, 15%, 30%, dan 50% dalam produksi beton. Dua target mutu (f’c = 21 MPa, f’c = 25 MPa) digunakan untuk memproduksi beton. Selanjutnya dilakukan pengujian beton untuk mengetahui nilai slump, kuat tekan, kurva hubungan tegangan regangan, modulus elastisitas, toughness, pola retak, dan analisis mikrostruktur ITZ. Beton 0%RB (NC) berperan sebagai pembanding. Hasil pengujian menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan RB dalam produksi beton memberikan kontribusi positif terhadap nilai slump, dan tidak merubah pola perilaku pengembangan kurva hubungan tegangan regangan. Sedangkan nilai kuat tekan, modulus elastisitas, dan toughness secara umum menunjukkan penurunan seiring dengan peningkatan penggunakan RB dalam produksi beton. Selain itu, penggunaan RB tidak memberikan pengaruh spesifik terhadap pola retak, dan analisis mikrostruktur ITZ menunjukkan material RB dapat melekat dengan baik pada matriks semen. Berdasarkan analisis seluruh hasil pengujian, 15%RB menunjukkan perolehan yang lebih baik dibandingkan variasi 30%RB, dan 50%RB dari kedua target mutu beton. Dapat disimpulkan, penggunaan 15%RB sebagai pengganti agregat kasar merupakan alternatif potensial yang layak untuk memproduksi beton berkelanjutan.