Rahmadhani, Wilda Wahyu (2023) Distribusi Resistivitas Lapisan Bawah Permukaan Berdasarkan Data Magnetotellurik dan Implikasinya Terhadap Model Konseptual Sistem Panas Bumi, Studi Kasus Lapangan AFD, Jawa Barat. Skripsi thesis, Universitas Hasanuddin.
![[thumbnail of H061181311_skripsi_02-02-2023 cover1.png]](/45264/1.hassmallThumbnailVersion/H061181311_skripsi_02-02-2023%20cover1.png)

H061181311_skripsi_02-02-2023 cover1.png
Download (198kB) | Preview
![[thumbnail of H061181311_skripsi_02-02-2023 1-2.pdf]](/style/images/fileicons/text.png)
H061181311_skripsi_02-02-2023 1-2.pdf
Download (1MB)
![[thumbnail of H061181311_skripsi_02-02-2023 dp.pdf]](/style/images/fileicons/text.png)
H061181311_skripsi_02-02-2023 dp.pdf
Download (2MB)
![[thumbnail of H061181311_skripsi_02-02-2023.pdf]](/style/images/fileicons/text.png)
H061181311_skripsi_02-02-2023.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (6MB)
Abstract (Abstrak)
Metode magnetotellurik (MT) merupakan salah satu metode geofisika pasif yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik alami untuk mengukur medan magnet (H) dan medan listrik (E) secara fluktuatif untuk mengetahui struktur tahanan jenis bawah permukaan. Penelitian ini dilakukan pada lapangan panas bumi “AFD” sebanyak 31 titik pengukuran yang berada pada busur magmatik Sunda di Zona Selatan yang dikontrol oleh aktivitas subduksi sehingga keterdapatan manifestasi permukaan berupa air panas dan fumarol tersebar di sekitar daerah penelitian yang diduga keterdapatan sistem panas bumi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui geometri dan kedalaman sistem panas bumi serta model konseptual berdasarkan data magnetotellurik. Data magnetotellurik dilengkapi dengan data time domain electromagnetic yang digunakan untuk meminimalisir noise sehingga didapatkan data yang lebih baik, Pemodelan data magnetotellurik dilakukan secara 1D dan 2D dengan menggunakan software Geotools. Pada metode magnetotellurik terdapat tiga modus pengukuran yaitu mode Transverse Electric (TE), mode Transverse Magnetic (TM) dan mode Invariant (INV). Pemodelan 1D dengan ketiga mode menghasilkan kurva nilai tahanan jenis terhadap kedalaman dengan interval 2 – 500 ohm.m. Sedangkan pemodelan inversi 2D dilakukan berdasarkan hasil mode Invariant dengan membuat cross section yang terbagi menjadi 4 profil lintasan. Berdasarkan hasil pemodelan 1D dan 2D, didapatkan karakteristik nilai tahanan jenis yang kontras, dimana nilai tahanan jenis rendah diinterpretasikan sebagai lapisan penudung atau clay cap dengan kisaran < 6 ohm.m berada pada elevasi 1000 mdpl cenderung dekat dengan permukaan, nilai tahanan jenis sedang yaitu berkisar antara 6 – 55 ohm.m yang diinterpretasikan sebagai reservoir dengan ketebalan yang lebih bervariatif dan nilai tahanan jenis tinggi yang diinterpretasikan sebagai lapisan resistif dengan kisaran 55 – 500 ohm.m pada elevasi > 2000 mdpl yang diperkirakan sebagai sumber panas (heatsource). Berdasarkan nilai tahanan jenisnya, lapisan penudung (clay cap) pada daerah penelitian tersusun atas batuan breksi, tuf dan lempung. Reservoir tersusun atas batu pasir dan heat source tersusun atas batuan beku dan batuan metamorf.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | Q Science > Q Science (General) |
Divisions (Program Studi): | Fakultas Matematika dan Ilmu Peng. Alam > Geofisika |
Depositing User: | Nasyir Nompo |
Date Deposited: | 10 Jun 2025 02:32 |
Last Modified: | 10 Jun 2025 02:32 |
URI: | http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/45264 |