Indeks Daya Saing Pariwisata Menggunakan Metode Competitiveness Monitor

Globalisasi dan kemajuan teknologi telah mendorong perkembangan pesat sektor pariwisata, sehingga memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Pulau Bali, Kabupaten Karangasem memiliki potensi pariwisata untuk bersaing di tingkat nasional namun masih menghadapi berbagai tantangan. Mengingat kompleksitas sistem pariwisata, diperlukan analisis mendalam mengenai karakteristik sistem dan daya saing pariwisata. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik elemen sistem pariwisata Kabupaten Karangasem dan menghitung indeks daya saing pariwisatanya. Metode yang digunakan adalah metode campuran, mencakup analisis deskriptif untuk memaparkan karakteristik elemen sistem pariwisata, analisis spasial untuk overlay dan mengidentifikasi sebaran usaha pariwisata, serta analisis Competitiveness Monitor untuk mengukur indeks daya saing pariwisata. Data yang diperlukan meliputi data primer yang diperoleh melalui wawancara tidak berstruktur dan observasi, serta data sekunder dari studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pariwisata Kabupaten Karangasem terbentuk dari subsistem eksternal dan internal. Subsistem eksternal dipengaruhi oleh variasi topografi, komposisi penduduk yang seimbang dan didominasi usia produktif, mayoritas masyarakat beragama Hindu, tingginya persentase pengguna internet, pertumbuhan ekonomi positif, serta kebijakan pariwisata di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten. Subsistem internal menunjukkan peningkatan pertumbuhan wisatawan pasca pandemi, aksesibilitas yang memadai, serta keterkaitan antara 77 ODTW, 501 akomodasi, dan 526 jasa penyedia makanan dan minuman. Kecamatan Manggis, Abang, dan Karangasem menjadi pusat pariwisata. Selanjutnya dari pengukuran indeks daya saing pariwisata, ditemukan bahwa indikator EI berada dalam tahap penyempurnaan, indikator HTI, PCI, SDI, TAI, dan HRI berada pada tahap berkembang. Sementara itu, indikator IDI dan OI masih berada pada tahap yang belum berkembang, sehingga memerlukan perbaikan lebih lanjut.