POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI RSP UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR TAHUN 2023

Latar Belakang: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau faktor lainnya, dan sering kali menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Meskipun sebagian besar kasus ISPA disebabkan oleh infeksi virus yang tidak memerlukan antibiotik, pemberian antibiotik sering kali dilakukan tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau berlebihan dapat menyebabkan resistensi antibiotik, yang berpotensi memperburuk masalah kesehatan masyarakat global. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola penggunaan antibiotik pada pasien ISPA di RSP Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 2023, dengan harapan dapat memberikan gambaran mengenai praktik pengobatan yang ada dan mendorong penggunaan antibiotik yang lebih rasional sesuai dengan pedoman pengobatan yang telah ditetapkan.
Tujuan: Mengevaluasi pola penggunaan antibiotik pada pasien ISPA di RSP Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 2023.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medis pasien ISPA di RSP Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 2023. Sampel penelitian adalah seluruh pasien ISPA yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63,6% pasien ISPA menerima antibiotik, dengan mayoritas hanya menggunakan satu jenis antibiotik dalam resep. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah sefiksim (43,9%), sedangkan lama pemberian antibiotik terbanyak adalah tiga hari (43,9%). Pasien dewasa (26-59 tahun) mendominasi kasus ISPA (29,1%), dan lebih banyak terjadi pada laki-laki (50,9%). Jenis ISPA yang paling umum adalah ISPA non-spesifik (45,5%), diikuti pneumonia (29,1%).
Kesimpulan: Pola penggunaan antibiotik pada pasien ISPA di RSP Universitas Hasanuddin sebagian besar melibatkan sefiksim, dengan kasus tertinggi pada pneumonia dan didominasi oleh kelompok laki-laki dan usia dewasa. Diperlukan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan rasionalitas pemberian antibiotik guna mencegah resistensi. Namun, ketepatan penggunaannya masih perlu ditingkatkan karena terdapat beberapa kasus yang tidak sepenuhnya sesuai dengan Pedoman Pengobatan Dasar menurut Depkes.