STRATEGI SUPLAI ENERGI UNTUK KONFLIK TERBATAS: Studi Kasus Skenario Konflik Menghadapi Ancaman Potensial dari Utara dalam Mempertahankan Laut Natuna Utara pada Tahun 2030

ABSTRAK ANTON PALLAGUNA. STRATEGI SUPLAI ENERGI UNTUK KONFLIK TERBATAS : Studi Kasus Skenario Konflik Menghadapi Ancaman Potensial dari Utara dalam Mempertahankan Laut Natuna Utara pada Tahun 2030 Energi merupakan elemen penting dalam perang. Karakter konflik modern yang semakin mengandalkan teknologi persenjataan semakin meningkatkan nilai energi untuk dapat menghidupkan mesin perang yang digunakan. Salah satu sumber energi primer yaitu bahan bakar minyak (BBM) masih menjadi bahan bakar utama dari alutsista, seperti pesawat tempur, kapal perang, dan bahkan radar. Sehingga ketersediaan energi akan mendikte seberapa lama durasi militer negara dalam menjalankan kampanye perang. Untuk membatasi penelitian, peneliti menggunakan studi kasus skenario konflik terbatas antara TNI dan militer Cina dalam mempertahankan overlapped area (OA) di landas kontinen Laut Natuna Utara (LNU) pada tahun 2030. Intensi Cina untuk menguasai Laut Cina Selatan semakin jelas sejak tahun 2009 dan bahkan di akhir tahun 2021 pernah melarang aktivitas pengeboran di LNU. Kasus ini memiliki potensi untuk terjadi konflik bahkan perang terbuka sehingga cocok dijadikan studi kasus. Skenario konflik terbatas ditetapkan dengan menetapkan aktor, aset, strategi dan taktik tempur secara spesifik dari kedua negara. Kemudian ditetapkan jumlah BBM (Bahan Bakar Minyak) yang mampu disediakan di Natuna dari pihak Indonesia dan kuantitias BBM yang dibawa oleh kapal tanker pihak Cina. Tingkat konsumsi BBM dan operasi militer yang melibatkan aset juga ditetapkan sehingga akan diketahui pada waktu kapan persediaan BBM untuk konflik dari pihak Indonesia akan habis. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan studi kasus dan simulasi dengan suatu skenario yang ditetapkan. Landasan teori yang digunakan adalah supply management (terutama untuk BBM), scenario planning (untuk sektor pertahanan), ketahanan energi (dengan 4A), dan Anti-Access/Areal-Denial (A2/AD). Tahun 2030 untuk membatasi kajian, terutama dengan menentukan alutsista kedua negara yang memungkinkan untuk digunakan.