Kittaq Ussuluq: Edisi Teks, Sistem Persebaran Naskah dan Pengamalan Nilai Tauhid Dalam Masyarakat Bugis = Kittaq Ussuluq: Text Edition, Manuscript Distribution System and Practice of Tauheed (Monotheism) Values in Buginese Community

SITTI WAHIDAH MASNANI, Kittaq Ussuluq: Edisi Teks, Sistem Persebaran Naskah dan Pengamalan Nilai Tauhid Dalam Masyarakat Bugis (dibimbing oleh Nurhayati Rahman, Najmuddin H. Abdul Safa, dan Muhlis Hadrawi).
Kittaq Ussuluq (KU) merupakan salah satu korpus teks naskah Bugisnaskah Bugis yang menggunakan dua bahasa dengan tiga aksara. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Bugis aksara lontaraq, bahasa Arab aksara Arab dan bahasa Bugis aksara Serang. Naskah ini membicarakan masalah tauhid, yaitu suatu ilmu yang membahas tentang “keesaan Allah”, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat masa lalu dan masih kini. Naskah ini dijadikan sebagai salah satu tradisi dalam masyarakat setempat yang dikenal dengan “mangaji ussuluq” Melalui tradisi “mangaji ussuluq” ini kandungan teks dalam naskah ikut tersebarkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode naskah jamak edisi landasan. Sementara untuk mengungkap sistem persebaran naskah/teks serta pengamalannya dalam masyarakat dengan menggunakan sosiologi agama. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, diskusi terfokus (focus group discussion). Selanjutnya, teknik penganalisisan data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem persebaran naskah/teks melalui dua jalur yaitu jalur keluarga dan masyarakat umum. Pengamalan nilai-nilai tauhid yang terdapat dalam naskah KU terimplementasi dengan baik dalam masyarakat. Tradisi “mangaji ussuluq” ini merupakan salah satu bentuk penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran dibawa oleh sekelompok masyarakat yang melakukan perantauan beserta budaya dan peradabannya yang turut melebur di daerah yang dituju. Penyebaran tradisi “mangaji ussuluq” ini berlansung di daerah perantauan dan menjadi suatu siklus jaringan persebaran kandungan naskah KU. Proses masuknya tradisi “mangaji ussuluq” ini berbaur dengan masyarakat setempat tanpa adanya paksaan, karena tradisi ini dianggap baik oleh masyarakat setempat.