TRANSKULTUR KELUARGA DALAM PENANGANAN STUNTING PADA SUKU MOI DI KABUPATEN SORONG PAPUA BARAT DAYA = TRANSCULTURAL FAMILY APPROACH IN HANDLING STUNTING AMONG THE MOI TRIBE IN SORONG REGENCY SOUTHWEST PAPUA


Loihala, Maria (2024) TRANSKULTUR KELUARGA DALAM PENANGANAN STUNTING PADA SUKU MOI DI KABUPATEN SORONG PAPUA BARAT DAYA = TRANSCULTURAL FAMILY APPROACH IN HANDLING STUNTING AMONG THE MOI TRIBE IN SORONG REGENCY SOUTHWEST PAPUA. Disertasi thesis, Universitas Hasanuddin.

[thumbnail of Cover]
Preview
Image (Cover)
K013221001_disertasi_06-09-2024 cover1.jpg

Download (380kB) | Preview
[thumbnail of Bab 1-2] Text (Bab 1-2)
K013221001_disertasi_06-09-2024 bab 1-2(FILEminimizer).pdf

Download (1MB)
[thumbnail of Dapus] Text (Dapus)
K013221001_disertasi_06-09-2024 dp(FILEminimizer).pdf

Download (2MB)
[thumbnail of Full Text] Text (Full Text)
K013221001_disertasi_06-09-2024(FILEminimizer).pdf
Restricted to Repository staff only until 13 December 2026.

Download (5MB)

Abstract (Abstrak)

Maria Loihala: Transkultur Keluarga Dalam Penanganan Stunting Pada Suku Moi di Kabupaten Sorong Papua Barat Daya (Dibimbing oleh H.Indar,Aminuddin Syam,H.Muh.Syafar).
Latar Belakang: Stunting merupakan problem pre nutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan makanan yang tidak mencukupi dalam jangka waktu yang lama karena pola makan yang tidak memadai. Stunting memiliki dampak jangka pendek maupun jangka Panjang. Penelitian ini bertujuan: menghasilkan modul transkultur keluarga dalam penanganan stunting pada suku Moi di Kabupaten Sorong Papua Barat Daya. Metode: Desain penelitian mix method dengan tiga tahap. Penelitian tahap I kualitatif dengan pendekatan pendekatan fenomology, informan keluarga suku Moi sebanyak 9 keluarga dengan melakukan Focus Group Discussion, In-depth-Interview dan observasi. Analisis data dengan N. Vivo12. Tahap II Pengembangan modul, kemudian divalidasi oleh pakar, dan diuji cobakan. Tahap III penelitian kuantitatif, desain quasi-eksperimental dengan pendekatan pre-and post-test control group design. Sampel terdiri dari 132 keluarga, yang meliputi 33 keluarga dari Kampung Aimas dan Malagusa, 19 keluarga dari Kampung Klamono dan Klain, serta 14 keluarga dari Kampung Seget dan Batulubang Makbon. Kelompok intervensi menerima sosialisasi menggunakan leaflet dan modul keluarga, sedangkan kelompok kontrol menggunakan modul. Kedua kelompok tersebut menjalani masa intervensi selama lima bulan, dengan pendampingan petugas kesehatan di Puskesmas. Hasil: Tahap I mengungkapkan pengetahuan keluarga suku Moi bervariasi yaitu hanya memahami istilah stunting dan memahami stunting. Sikap keluarga suku Moi dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal dan pengalaman pribadi. Praktik pola asuh adanya keanekaragaman,ini termasuk pola makan, pemberian makanan yang tidak tepat, praktik pengasuhan yang berkaitan dengan kesehatan anak, seperti praktik Pemberian ASI eksklusif, dan imunisasi. Motivasi keluarga suku Moi dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai lokal mereka. Dukungan keluarga dalam ketersediaan makanan bergizi, mengurangi stress pada ibu hamil dan ibu menyusui, serta memperkuat praktik pola asuh yang baik. Budaya keluarga suku Moi adanya makanan patangan, ritual baukup, dan minum akar kayu. Tahap II menyatakan uji validitas materi dan media bahwa modul layak, berdasarkan uji coba diperoleh pengetahuan keluarga pada nilai pretest rata-rata sebesar 73,07 dan meningkat menjadi sebesar 90,76 pada posttest. Perbedaan yang signifikan skor pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah mempelajari modul transkultur keluarga. Tahap III Uji Mann Whitney membuktikan ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Namun pengetahuan, praktik pola asuh, motivasi, dukungan keluarga dan penanganan tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi maupun. Uji Wilcoxon maupun uji Friedman membuktikan terdapat perbedaan sangat signifikan dalam skor pengetahuan, sikap, praktik pengasuhan anak, motivasi, dukungan keluarga, dan penanganan. Kesimpulan :Tahap I: Penanganan stunting di Kabupaten Sorong perlu dukungan dengan keterlibatan kepala suku atau pemimpin adat. Tahap II: Modul transkultur merupakan salah satu upaya dalam penanganan stunting di Kabupaten Sorong.Tahap III: Modul transkultur keluarga (FTM) efektif dalam penanganan stunting pada keluarga suku Moi di Kabupaten Sorong Papua Barat Daya.

Keywords : Transkultur, Keluarga, Penanganan, Stunting, Suku Moi

Item Type: Thesis (Disertasi)
Uncontrolled Keywords: Transculture, Family, Handling, Stundling, Moi Tribe.
Subjects: Q Science > Q Science (General)
Divisions (Program Studi): Fakultas Kesehatan Masyarakat > Kesehatan Masyarakat
Depositing User: Rasman
Date Deposited: 30 Dec 2024 05:13
Last Modified: 30 Dec 2024 05:13
URI: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/40703

Actions (login required)

View Item
View Item