FAKTOR RISIKO KEJADIAN METASTASIS PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT IBNU SINA KOTA MAKASSAR

NUR ULFIANI. Faktor Risiko Kejadian Metastasis Pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibnu Sina Kota Makassar. (Dibimbing oleh Prof Andi Zulkifli dan Ansariadi)

Kanker payudara merupakan penyakit yang memiliki angka kejadian yang cukup tinggi dan menyebabkan kematian terutama pada pasien yang mengalami metastasis dimana tingkat kematian akibat metastasis sebesar 3 kali lebih besar. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor risiko kejadian metastasis di Rumah sakit Ibnu Sina merupakan salah satu rumah sakit rujukan kanker daerah sulawesi selatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat besar risiko status manopause, IMT (Indeks Massa Tubuh), status diabetes melitus tipe 2, status anemia, status hipertensi terhadap kejadian metastasis pada pasien kanker payudara.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan penelitian case-control study. Sampel penelitian sebanyak 146 responden yaitu 73 responden kanker payudara dengan metastasis (Menyebar ke organ lain) dan 73 responden kanker payudara tanpa metastasis. Dimana dalam membedakan case dan control dilakukan dengan membuka data rekam medik. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik berganda.

Penelitian ini menunjukkan bahwa status manopause (OR=2,383, 1,209-4,696, CI=95%; ρ=0,004), dan Status Diabetes Melitus Tipe 2 (OR=2,872, 1,410-5,849, CI=95%; ρ=0,005) merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadain metastasis pada pasien kanker payudara. Indeks Massa Tubuh (IMT) (OR=1,179, 0,615-2,260, CI=95%; ρ=0,0,370), Status Anemia (OR= 1,751, 0,905-3,390, CI=95%; ρ=0,067), Status Hipertensi OR= 1,265, 0,771-3,079, CI=95%; ρ=0,146) merupakan faktor risiko yang tidak signifikan terhadap kejadian metastasis pasien kanker payudara di rumah sakit Ibnu Sina. Variabel yang paling berisiko terhadap kejadian metastasis adalah Status DMT2. perempuan dengan DMT2 berisiko 6,460 kali lebih berisiko terhadap kejadian metastasis dibanding perempuan yang tidak mengalami DMT2.