Pengembangan dan Pengelolaan Berbasis Gender di Kawasan Konservasi Daerah Kabupaten Jembrana Provinsi Bali = Gender-Based Development and Management in The Conservation Area of Jembrana District, Bali Province

Latar belakang. Pengembangan kawasan konservasi perairan sering mengabaikan aspek gender dalam perencanaan dan pengelolaan teknisnya, yang sering dipengaruhi oleh budaya patriarki di komunitas pesisir. Hal ini dapat mengakibatkan bias gender dalam perumusan kebijakan yang tidak mempertimbangkan perbedaan peran gender secara holistik. Tujuan. Menganalisis perbedaan dalam pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga nelayan, dengan fokus pada aktivitas domestik, pengambilan keputusan, mata pencaharian, dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan melalui kegiatan perikanan tangkap. Penelitian dilakukan di Kawasan Konservasi Daerah Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, dengan fokus pada Desa Perancak dan Desa Air Kuning, serta mengeksplorasi sikap terkait kesetaraan gender di antara kedua kelompok tersebut. Metode. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data berdasarkan karangka analisis gender “Moser Framework”. Analisis data dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan skala Likert dan metode inferensial menggunakan uji non-parametrik Kruskal-Wallis serta uji Wilcoxon, dengan bantuan perangkat lunak RStudio untuk analisis statistik. Hasil. Terdapat perbedaan signifikan antara peran laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan domestik rumah tangga, dengan perempuan cenderung kurang terlibat dalam pekerjaan produktif terkait perikanan. Terdapat pula perbedaan yang signifikan dalam jenis pekerjaan produktif antara kedua gender, di mana perempuan cenderung mengambil peran dalam pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik lebih sedikit, seperti pengrajin atau kegiatan pasca penangkapan ikan. Namun, dari segi pemahaman terkait kesetaraan gender, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara persepsi laki-laki dan perempuan, meskipun ada kecenderungan stereotip. Dalam konteks pengambilan keputusan, perempuan secara statistik lebih dominan dalam mengambil peran keputusan dalam rumah tangga nelayan, sementara keputusan keuangan cenderung diambil secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan. Terkait persepsi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam keinginan untuk terlibat dalam upaya pengelolaan tersebut. Kesimpulan. Pelibatan inklusif antara laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan dan pengembangan Kawasan Konservasi Daerah (KKD) Jembrana penting karena keduanya memiliki peran yang berbeda dalam rumah tangga dan dapat berkontribusi pada keberhasilan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Hal ini mendukung perlunya memperkuat pendekatan yang memperhatikan gender dalam merancang kebijakan dan strategi pengembangan kawasan konservasi perairan, untuk memastikan bahwa setiap kebijakan dapat mengakomodasi kebutuhan dan peran dari kedua gender secara adil dan berkelanjutan.

Keywords : nelayan, gender, pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan, peran, persepsi.