ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP DEBIT AIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI KALAMISU KECAMATAN SINJAI TIMUR

Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sinjai Timur terhadap Daerah Aliran Sungai Kalamisu serta merumuskan strategi pengelolaan air untuk menyeimbangkan kebutuhan penduduk di wilayah tersebut. Metode SIG dengan ArcGIS 10.8 dan citra satelit Landsat digunakan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sinjai Timur. Analisis kemampuan resapan air dilakukan dengan mempertimbangkan jenis batuan, curah hujan, jenis tanah, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Acuan yang digunakan adalah Buku Panduan Teknis Pengelolaan Air Tanah (DESDM Badan Geologi, 2007) dan Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P.32/MENHUTII/2009 tentang Tata Cara Penyusunan RTkRHL-DAS. Hasilnya akan digunakan dalam analisis SWOT untuk merumuskan strategi pengelolaan daerah tersebut untuk 10 tahun mendatang. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi pemerintah Kabupaten Sinjai dan memperkaya diskusi ilmiah tentang tata kelola air yang terkait dengan pengelolaan tata ruang. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan kondisi fisik wilayah untuk menganalisis berbagai data dan informasi kuantitatif terkait proses pengelolaan sumber daya dan strategi pengelolaan air di wilayah studi. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil interpretasi citra satelit untuk mengetahui lokasi secara umum dan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi melalui data sekunder yang dapat mendukung proses identifikasi masalah dan analisis data. Hasil analisis menunjukkan bahwa antara tahun 2012-2017 terjadi peningkatan signifikan dalam penggunaan lahan di Kecamatan Sinjai Timur terutama dalam sektor permukiman sebesar 136,6 Ha yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk sebanyak 58.986 jiwa. Resapan air di DAS Sungai Kalamisu minim dan dalam kondisi kritis. Ketersediaan air di Kecamatan Sinjai Timur mengalami penurunan signifikan sebesar -4658505 m3/tahun dari 2012 hingga 2022. Untuk meningkatkan daya serap dan ketersediaan air tanah perlu dorongan pada penggunaan lahan perkebunan dengan resapan air yang tinggi. Pengembangan mangrove, lahan juga penting untuk meningkatkan resapan air baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya terutama selama musim kemarau.