POTENSI EKOSISTEM PADANG LAMUN DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI STRATEGI KARBON BIRU DI TELUK PALU, SULAWESI TENGAH = THE POTENTIAL OF SEAGRASS ECOSYSTEMS TO SUPPORT THE IMPLEMENTATION OF THE BLUE CARBON STRATEGY IN PALU BAY, CENTRAL SULAWESI

Latar belakang. Peningkatan konsentrasi karbondioksida yang terjadi sejak dimulainya era revolusi industri menjadi salah penyebab fenomena perubahan iklim. Berbagai upaya mitigasi dilakukan untuk mengurangi emisi dan meningkatkan penyerapan Gas Rumah Kaca (GRK). Salah satu alternatif yang diyakini banyak ahli mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer adalah memaksimalkan peranan ekosistem pesisir sebagai “karbon biru”. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida di lingkungan dan menyimpannya dalam sistem dalam jangka waktu yang sangat lama, sehingga berpotensi besar sebagai solusi efektif dalam mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu, upaya konservasi dan rehabilitasi sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian ekosistem padang lamun. Tujuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi karbon biru lamun serta berbagai parameter dan faktor-faktor yang berkaitan erat dengan potensi lamun sebagai penyerap karbon. Metode. Penggunaan citra satelit dilakukan untuk menganalis luasan lamun dan dampak reklamasi pantai terhadap habitat lamun. Survey lapangan dilakukan untuk mengamati kondisi lamun, pengambilan sampel air, sedimen dan sampel lamun serta untuk mengumpulkan informasi tipe habitat dasar perairan (Ground truthing). Analisis di laboratorium dilakukan untuk memperoleh data kualitas air dan sedimen serta data yang menjadi acuan dalam perhitungan stok karbon. Hasil. Luas padang lamun Teluk Palu tahun 2022 sekitar 83,78 ha, terjadi penurunan luasan sebesar 43,29 ha dalam kurun waktu satu dekade. Reklamasi pantai memberikan dampak terhadap habitat lamun berupa penurunan habitat sebesar sekitar 6,48 ha dan penurunan kualitas air diantaranya kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) yang melebihi batas normal. Ditemukan 6 jenis lamun di Teluk Palu. Jenis Enhalus acoroides memiliki persentase penutupan tertinggi (19,67±21,50%), diikuti Thalassia hemprichii (15,50±12,7%), terendah pada jenis Syringodium isotifolium (1,16±2.35%). Estimasi stok karbon organik di biomassa lamun di Teluk Palu sebesar 0,58 Mg Corg ha-1, tertinggi pada jenis Enhalus acoroides. Sementara stok karbon organik di sedimen lebih tinggi secara signifikan yaitu sebesar 47,51 Mg Corg ha-1 (98.79%). Total stok karbon di Teluk Palu adalah 178,22 Mg Corg ha-1 atau sekitar 14.933,05 Mg Corg. Kesimpulan. Padang lamun Teluk Palu sebagai karbon biru cukup potensial dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Jenis lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii berperan penting dalam komunitas lamun di Teluk Palu. Pengelolaan kawasan pesisir yang terpadu diperlukan untuk menjaga kelestarian dan meningkatkan peranan ekosistem di Teluk Palu demi kesejahteraan masyarakat dan kemaslahatan umat manusia.

Keywords : Perubahan iklim, kondisi lamun; stok karbon; citra satelit Landsat; penginderaan jauh