RAMMANG-RAMMANG DALAM KEPEKATAN RELASI KUASA: PRAKTIK COMMONING DAN INFORMALITAS NEGARA DALAM KONTEKS DESENTRALISASI = RAMMANG-RAMMANG IN THE THICK OF POWER RELATION: THE COMMONING AND THE STATE INFORMALITY IN DECENTRALIZATION CONTEXT


Sirimorok, Nurhady (2023) RAMMANG-RAMMANG DALAM KEPEKATAN RELASI KUASA: PRAKTIK COMMONING DAN INFORMALITAS NEGARA DALAM KONTEKS DESENTRALISASI = RAMMANG-RAMMANG IN THE THICK OF POWER RELATION: THE COMMONING AND THE STATE INFORMALITY IN DECENTRALIZATION CONTEXT. Disertasi thesis, Universitas Hasanuddin.

[thumbnail of Cover]
Preview
Image (Cover)
M013211001_disertasi_15-02-2024 cover1.png

Download (134kB) | Preview
[thumbnail of Bab 1-2] Text (Bab 1-2)
M013211001_disertasi_15-02-2024 1-2.pdf

Download (1MB)
[thumbnail of Dapus] Text (Dapus)
M013211001_disertasi_15-02-2024 dp.pdf

Download (378kB)
[thumbnail of Full Text] Text (Full Text)
M013211001_disertasi_15-02-2024.pdf
Restricted to Repository staff only until 16 July 2026.

Download (2MB)

Abstract (Abstrak)

NURHADY SIRIMOROK. Rammang-Rammang dalam kepekatan relasi kuasa: Praktik commoning dan informalitas negara dalam konteks desentralisasi (dibimbing oleh Muhammad Alif KS., Micah R. Fisher, dan Lambert Johan Verheijen).
Penelitian tentang commons menginspirasi banyak prakarsa desentralisasi sumber daya alam dalam tiga dasawarsa terakhir. Tapi, semakin banyak peneliti mengakui kegagalan inisiatif desentralisasi, baik dalam membangun pemberdayaan, perbaikan penghidupan, maupun pelestarian alam. Desentralisasi yang mengklaim melakukan devolusi tatakelola sumberdaya alam ke lembaga dan pranata lokal, banyak menerima asupan dari rumusan teori commons. Negara dan lembaga donor berada di garda depan dalam menafsir dan menerapkannya. Di sisi lain, inisiatif warga membangun praktik kolektif pengelolaan sumberdaya bersama (commoning) menunjukkan bahwa warga bisa mengelola sumberdaya secara lebih redistributif dan berkelanjutan. Mengingat kemampuan negara menjangkau kelompok populasi terjauh sekalipun, mudah membayangkan bahwa praktik-praktik warga senantiasa bersentuhan dengan desentralisasi.
Menelaah kasus kelompok warga yang mengelola bentang alam di sekitar kawasan karst di Sulawesi Selatan untuk pariwisata, kajian ini mengangkat pentingnya praktik commoning dalam konteks desentralisasi di Indonesia, di mana negara didominasi oleh pranata dan jejaring informal. Pertanyaannya, bila sekelompok warga berhasil membangun pengelolaan kolektif, bagaimana interaksi praktik ini dengan desentralisasi negara turut membentuk wajah pengelolaan saat ini? Untuk menggeledah interaksi antara prakarsa warga dengan desentralisasi negara, kajian ini melakukan telaah di dua level: teoritis dan empiris. Secara teoritis, kajian ini menerapkan perspektif commoning untuk mengidentifikasi dan menganalisa kelemahan-kelemahan teori commons. Di level empiris, kajian ini menganalisis relasi kuasa di dalam kelompok pengelola commons dan antara kelompok dan lembaga-lembaga negara. Kajian ini menerapkan penelitian kualitatif lewat wawancara mendalam, pengamatan terlibat, dan kajian Pustaka.
Kajian ini menemukan: (1) kajian-kajian commons kurang mengulas relasi kuasa dan cenderung menggambarkan kelompok masyarakat pengelola commons sebagai komunitas yang homogen dan menjalankan praktik-praktik yang sudah bertahan lama. Sebaliknya, perspektif commoning menyodorkan pendekatan yang lebih dinamis dan bersifat relasional, dan karena itu menekankan aspek politis dalam praktik kolektif warga mengelola sumberdaya alam. (2) Lewat praktik commoning warga, fungsi lanskap yang mereka kelola secara bersama (commons) menjelma destinasi wisata yang berkembang pesat, di samping menghasilkan praktik-praktik commoning baru, sembari juga menjaga kelestarian lingkungan. Semua itu bisa berlangsung walaupun kelompok pengelola senantiasa berhadapan dengan tekanan dari informalitas negara yang sering kali datang dengan membawa wacana dan kebijakan desentralisasi. (3) Dalam berhadapan dengan informalitas negara, praktik commoning warga juga memanfaatkan piranti yang sama: kebijakan formal dan pranata informal; dan kemunduran commoning saat ini hanya mewakili satu arena pertarungan: mereka kalah dan menang di level berbeda. Di sini tampak ambivalensi dalam tarik-menarik kuasa dalam pengelolaan commons yang tersisa bagi warga.

Kata Kunci: Commoning; Commons; Wisata Rammang-Rammang; Desentralisasi; Informalitas Negara

Item Type: Thesis (Disertasi)
Uncontrolled Keywords: Commoning; Commons; Rammang-Rammang tourism; Desentralisation; State Informality.
Subjects: S Agriculture > SD Forestry
Divisions (Program Studi): Fakultas Kehutanan > Kehutanan
Depositing User: S.Sos Rasman -
Date Deposited: 01 Aug 2024 07:11
Last Modified: 01 Aug 2024 07:11
URI: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/35471

Actions (login required)

View Item
View Item