Suratman, Suratman (2024) Irigasi di Bone, 1911-1942. Skripsi thesis, Universitas Hasqanuddin.
F052211002_tesis_05-01-2024 cover1.png
Download (184kB) | Preview
F052211002_tesis_05-01-2024 1-2.pdf
Download (1MB)
F052211002_tesis_05-01-2024 dp.pdf
Download (5MB)
F052211002_tesis_05-01-2024.pdf
Restricted to Repository staff only
Download (7MB)
Abstract (Abstrak)
Penelitian ini mengeksplorasi perkembangan irigasi di Bone antara tahun 1911 dan 1942 dengan fokus melacak latar belakang, proses pembangunan, dan dampak irigasi terhadap sektor pertanian, masyarakat, dan perekonomian di Bone pada periode tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan mengapa Bone dipilih sebagai salah satu wilayah pembangunan irigasi oleh Pemerintah Hindia Belanda, merinci proses pembangunan irigasi, dan mengidentifikasi pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian Pemerintah kolonial. Metode penelitian ini terdiri dari tahapan pengumpulan sumber, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Data diperoleh menggunakan sumber tulisan berupa arsip, artefak, peta, dan majalah. Data-data tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasi sesuai dengan masalah yang diajukan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Bone memiliki strategisitas sebagai wilayah agraris, didukung oleh potensi sumber daya manusia dan alam. Mayoritas masyarakat bergantung pada sektor pertanian. Pada tahun 1910, curah hujan yang tinggi dan genangan lahan persawahan menyebabkan kegagalan panen di Bone. Pemerintah Hindia Belanda memanfaatkan kondisi tersebut, menjadikan irigasi sebagai sarana perdamaian, dan memuluskan kepentingan ekonomi politiknya. J.A.M Van Buuren melakukan studi kelayakan wilayah potensi geografis pada tahun 1911. Sungai Walanae, yang merupakan gugusan bentang lahan yang menyebar di sungai Palakka dan Sungai Pattiro, diidentifikasi sebagai sumber pengairan pertanian. Hasil dari studi tersebut membuka gambaran pembangunan irigasi. Irigasi mulai dibangun secara intensif mulai tahun 1920 dengan model semi dan permanen di Lerang, Maradda, Palakka, Pattiro, Palengoreng, Amali, Wolangi, Melle, Pacing, Bengo, Lanca, dan Padang Lampe. Secara bertahap, mulai dari bangunan bendung, ledeng, hingga saluran-saluran kanal. Rentang waktu 1920-1942 mencatat peningkatan signifikan dalam hasil produksi dan ekspor dari sektor pertanian, kontribusi tersebut menjadi pemasukan bagi kas kolonial. Peningkatan produksi ini mempengaruhi dan meningkatkan aktivitas pelayaran dan perdagangan di Pelabuhan-pelabuhan di Bone, seperti Pallime, Bajoe, Ujung Pattiro, dan Barebbo.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | P Language and Literature > PN Literature (General) |
Divisions (Program Studi): | Fakultas Ilmu Budaya > Ilmu Sejarah |
Depositing User: | Nasyir Nompo |
Date Deposited: | 07 Jun 2024 07:59 |
Last Modified: | 07 Jun 2024 07:59 |
URI: | http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/34504 |