Uji Klinis Randomisasi Pengaruh Suplementasi Vitamin D terhadap Luaran Klinis, Platelet-to-Lymphocyte Ratio (PLR), dan D-Dimer Pasien COVID-19 Derajat Sedang = Effect of Vitamin D Supplementation on Clinical Outcome, Platelet-to-Lymphocyte Ratio (PLR) and D-Dimer in Moderate COVID-19 Patients: A Randomized Clinical Trial

Metode: Desain penelitian ini adalah single-blind randomized clinical trial dengan teknik simple random sampling antara 1 April - 30 September 2021 pada pasien terkonfirmasi COVID-19 derajat sedang yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu berusia >18 tahun dan memiliki status vitamin D insufisiensi (21-29 ng/dL) dan defisiensi (<20 ng/dL). Penentuan jumlah besar sampel dengan menggunakan rumus difference between the two means, besaran efek yang diperoleh 0,775, dengan 95% Confidence Interval (CI), sehingga diperoleh kelompok intervensi dan kontrol, masing-masing berjumlah 30 sampel, dan disuplementasi vitamin D3 10.000 IU dan 1.000 IU setiap hari selama 2 minggu. Kadar 25(OH)D dianalisis terhadap lama konversi yang merupakan luaran klinis primer. Lama rawat, perbaikan manifestasi klinis, nilai CT, kadar PLR dan D-Dimer juga dikaitkan dengan kadar 25(OH)D dan disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dan Subjective Global Asssessment (SGA), kapasitas fungsional melalui Handgrip Strength (HGS) menggunakan dynamometer, penyakit komorbid, dan pemberian antikoagulan.

Hasil: Hubungan yang signifikan ditemukan pada 60 sampel pasien terkonfirmasi COVID-19 derajat sedang dengan status vitamin D defisiensi (61,7%) dan insufiensi (38,3%) pre-intervensi, dan suplementasi vitamin D3 10.000 IU selama 2 minggu dapat meningkatkan kadar 25(OH)D hingga mencapai status sufisiensi (16,7%). Intervensi vitamin D3 10.000 IU meningkatkan kadar 25(OH)D secara signifikan dibandingkan kelompok 1000 IU (4,61+5,43 vs. -0,29+2,72; P <0,0001) melalui uji Mann Whitney, dan dihubungkan terhadap luaran klinis yaitu lama konversi (6,53+1,17 vs 10,47+2,56; P <0,0001), lama rawat (11,63+2,5 vs 14,73+3,45; P = 0,001), dan perbaikan manifestasi klinis. Status vitamin D rendah pre-intervensi memiliki korelasi lemah terhadap nilai CT (29,65+5,62 vs 30,87+5,16; P=0,4) melalui uji spearman dan tidak bemakna (r = 0,142, P = 0,281). Peningkatan HGS juga ditemukan signifikan pada kedua kelompok (6,61+3,01 vs. 4,04+4,44; P = 0,011). Analisis terhadap Δ kadar PLR melalui uji t independen (-50,36+77,32 vs -25,02+112,32; P=0,313) dan Δ kadar D-Dimer (-1,85+2,73 vs -1,30 +1,98; P = 0,228) melalui uji Mann Whitney tidak signifikan, dan hanya uji korelasi antara kadar 25(OH)D dan PLR yang menunjukkan signifikansi (r=0,368; P=0,045).
Kesimpulan: Suplementasi vitamin D3 10.000 IU memiliki pengaruh yang signifikan terhadap lama rawat, lama konversi, kapasitas fungsional, dan PLR pada pasien COVID-19 derajat sedang, namun tidak berkorelasi terhadap D-Dimer.

Keywords : COVID-19, Vitamin D, Luaran Klinis, Platelet-to-Lymphocyte Ratio (PLR), dan D-Dimer.