KOMUNITAS, HABITAT, DAN PEMANFAATAN LANDAK LAUT (Echinoidea) DI INDONESIA TIMUR


Tamti, Hartati (2024) KOMUNITAS, HABITAT, DAN PEMANFAATAN LANDAK LAUT (Echinoidea) DI INDONESIA TIMUR. Disertasi thesis, Universitas Hasanuddin.

[thumbnail of L013191001_disertasi_24-01-2024 cover1.png]
Preview
Image
L013191001_disertasi_24-01-2024 cover1.png

Download (120kB) | Preview
[thumbnail of L013191001_disertasi 1-2.pdf] Text
L013191001_disertasi 1-2.pdf

Download (1MB)
[thumbnail of L013191001_disertasi_24-01-2024 dp.pdf] Text
L013191001_disertasi_24-01-2024 dp.pdf

Download (1MB)
[thumbnail of L013191001_disertasi_24-01-2024.pdf] Text
L013191001_disertasi_24-01-2024.pdf
Restricted to Repository staff only until 1 January 2027.

Download (6MB)

Abstract (Abstrak)

Landak laut merupakan hewan avertebrata laut yang umumnya tergolong hewan omnivora, meskipun beberapa spesies tergolong hewan herbivora. Hewan akuatik ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem padang lamun dan terumbu karang. Selain itu, gonad landak laut dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber protein, bagian tubuh tertentu dijadikan bahan obat-obatan dan individu landak laut digunakan sebagai hewan uji pada eksperimen toxisitas perkembangan larva. Peran dan fungsi penting tersebut membuat landak laut menjadi komoditas yang banyak diperdagangkan di banyak negara. Tingginya permintaan landak laut mendorong eksploitasi berlebihan di negara-negara produsen, dan tekanan penangkapan ikan yang besar terhadap populasi landak laut dapat mengurangi kelimpahannya, sehingga menyebabkan perubahan keseimbangan ekologi padang lamun dan ekosistem terumbu karang. Di Indonesia, landak laut terdapat hampir di seluruh perairan pantai. Seiring berjalannya waktu terjadi peningkatan pemanfaatan gonad landak laut sebagai sumber protein oleh masyarakat pesisir Indonesia, khususnya di Indonesia Timur. Meski landak laut belum diakui sebagai komoditas perikanan unggulan, namun risiko eksploitasi berlebihan patut menjadi perhatian serius. Tren peningkatan pemanfaatan landak laut menjadi alasan kuat untuk mengembangkan model pengelolaan landak laut berkelanjutan di Indonesia. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur populasi landak laut, habitat landak laut, dan hubungan antar keduanya, mengetahui pemanfaatan landak laut oleh masyarakat pesisir, serta menyusun strategi pengelolaan perikanan landak laut yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Spermonde untuk tujuan pertama, kedua dan ketiga. Untuk tujuan keempat mencakup kawasan yang lebih luas, yakni beberapa lokasi di Indonesia Timur. Sedangkan tujuan kelima menyangkut pembahasan umum untuk alternatif strategi pengelolaan landak laut berkelanjutan di Indonesia. Bab I memperkenalkan landak laut dan pentingnya landak laut serta mengidentifikasi pertanyaan penelitian. Bab II, III, dan IV masing-masing membahas aspek komunitas landak laut dan habitatnya serta studi kasus pemanfaatan landak laut di Kepulauan Spermonde. Sedangkan Bab V membahas tentang pemanfaatan landak laut di Indonesia Timur. Bab VI dan VII menggabungkan wawasan utama dari penelitian secara keseluruhan untuk membahas alternatif strategi kebijakan berkelanjutan serta menarik kesimpulan dan membuat rekomendasi. Studi populasi landak laut di Kepulauan Spermonde (Bab II dan III) ditemukan delapan spesies landak laut di padang lamun dan rataan terumbu di sekitar 14 pulau di tiga zona perairan, dimana Diadema setosum merupakan spesies yang paling tersebar luas dan melimpah serta berperan penting dalam struktur populasi landak laut pada habitat lamun maupun rataan karang. Habitat padang lamun dan rataan terumbu sebagian besar berada dalam kondisi buruk hingga sedang. Parameter struktur populasi landak laut (kelimpahan dan kekayaan spesies) lebih tinggi pada padang lamun dibandingkan rataan terumbu dan lebih rendah pada zona dalam dibandingkan zona tengah dan luar, serta berkorelasi positif dengan tutupan lamun. Korelasi antara parameter populasi landak laut dan parameter kualitas air sesuai dengan gradien di zona dalam ke zona luar dan terlihat terkait dengan pengaruh daratan di zona dalam. Studi kasus landak laut Tripneustes gratilla di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan, Indonesia pada Bab IV mengkonfirmasi pentingnya peran padang lamun dan kualitas air terhadap kelimpahan dan ukuran T. gratilla. Kajian pada Bab V mengkonfirmasi peningkatan permintaan dan eksploitasi spesies landak laut dalam beberapa tahun terakhir. Kajian tersebut melibatkan 187 pengumpul landak laut di 12 lokasi dan empat wilayah di Indonesia Timur sebagai responden dengan menggunakan metode snowball sampling. Mayoritas (lebih dari 60%) nelayan landak laut yang diwawancarai adalah laki-laki; rentang usia responden adalah 10-76 tahun, dan sebagian besar sudah menjadi pengumpul landak laut lebih dari 5 tahun. Sebagian besar nelayan mengumpulkan landak laut dengan berjalan kaki menggunakan peralatan sederhana, meskipun ada pula yang menggunakan perahu dan/atau alat snorkeling. Sebagian besar nelayan mengumpulkan landak laut di habitat terumbu karang atau lamun di kedalaman kurang dari 1,5 m dengan dua famili echinodermata mendominasi tangkapan: Toxopneustidae (genus Tripneustes) dan Diadematidae (genus Diadema dan Echinothrix), diikuti oleh Echinometridae (genus Echinometra). Rata-rata tangkapan per trip berkisar antara 32 ekor (Makassar) hingga 169 ekor (Maluku Tengah) landak laut. Seluruh responden memanfaatkan sebagian atau seluruh hasil tangkapannya untuk konsumsi rumah tangga, sementara 37% menjual sebagian atau sebagian besar hasil tangkapannya. Landak laut sebagian besar dijual dalam keadaan utuh (dengan atau tanpa penghilangan duri) dan dihargai Rp 500-1000 per ekor. Pengolahan pasca panen, termasuk mengeluarkan gonad dan/atau memasak, dapat meningkatkan harga satuan per produk olahan (mengandung landak laut/gonad dalam jumlah yang tidak ditentukan) menjadi Rp 5.000-25.000 per porsi. Eksploitasi berlebihan kemungkinan besar akan mempengaruhi dinamika populasi landak laut. Studi ini memperkuat indikasi penangkapan landak laut yang berlebihan di Indonesia Timur. Hampir separuh (46%) responden merasakan adanya penurunan kelimpahan landak laut. Mayoritas (84%) responden menganggap perlu adanya suatu bentuk peraturan (formal dan/atau adat), dan 73% menyarankan batasan ukuran dan/atau tangkapan. Hasil-hasil ini menekankan perlunya mengembangkan dan menerapkan pengelolaan yang efektif untuk menjamin keberlanjutan sumber daya landak laut di Indonesia Timur. Pilihan-pilihan pengelolaan perikanan landak laut yang dieksplorasi di Bab VI dapat menjadi masukan bagi upaya konservasi landak laut dan pengelolaan perikanan yang sesuai secara sosio-ekologis untuk mengatasi permasalahan peningkatan laju eksploitasi dan penurunan populasi landak laut. Pilihannya mencakup alat untuk mengendalikan volume tangkapan (misalnya kuota) atau upaya penangkapan ikan (misalnya penutupan musiman, rotasi lokasi, pendekatan berbasis hak, dll.); batas ukuran minimum (diameter uji); pembatasan peralatan (misalnya linggis yang dapat merusak habitat); memasukkan landak laut dalam pengelolaan Kawasan Perlindungan Laut, khususnya pada lokasi yang diidentifikasi sebagai sumber larva; pengembangan pendekatan akuakultur dan restocking; pendidikan dan pengembangan kesadaran; dan penelitian untuk mendukung dan meningkatkan manajemen berbasis sains.

Item Type: Thesis (Disertasi)
Subjects: S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling
Divisions (Program Studi): Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan > Ilmu Perikanan
Depositing User: Nasyir Nompo
Date Deposited: 05 Mar 2024 07:45
Last Modified: 05 Mar 2024 07:45
URI: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/33213

Actions (login required)

View Item
View Item