Emisi Gas Rumah Kaca dari Tanah dan Tanaman Padi: Pengaruh Jenis Tanah, Bahan Organik, dan Regim Pemberian Air


Kaharuddin, Kaharuddin (2023) Emisi Gas Rumah Kaca dari Tanah dan Tanaman Padi: Pengaruh Jenis Tanah, Bahan Organik, dan Regim Pemberian Air. Disertasi thesis, Universitas Hasanuddin.

[thumbnail of P013171016_disertasi_20-03-2023 cover1.png]
Preview
Image
P013171016_disertasi_20-03-2023 cover1.png

Download (99kB) | Preview
[thumbnail of P013171016_disertasi_20-03-2023 1-2.pdf] Text
P013171016_disertasi_20-03-2023 1-2.pdf

Download (292kB)
[thumbnail of P013171016_disertasi_20-03-2023 dp.pdf] Text
P013171016_disertasi_20-03-2023 dp.pdf

Download (1MB)
[thumbnail of P013171016_disertasi_20-03-2023.pdf] Text
P013171016_disertasi_20-03-2023.pdf
Restricted to Repository staff only until 1 January 2025.

Download (3MB)

Abstract (Abstrak)

KAHARUDDIN. Emisi Gas Rumah Kaca dari Tanah dan Tanaman Padi: Pengaruh Jenis Tanah, Bahan Organik, dan Regim Pemberian Air (dibimbing oleh Sikstus Gusli, Muh. Jayadi, dan Amirullah Dachlan).

Perubahan iklim berdampak sangat besar terhadap pertanian, khususnya budidaya padi, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa budidaya padi yang dilakukan secara konvensional dengan pemupukan N yang tinggi merupakan sumber gas rumah kaca, khususnya CH4 dan N2O. Penelitian bertujuan untuk menganalisis: 1) Potensi ampas tebu dan blotong memperbaiki sifat tanah Vertisol. 2) Emisi CH4 dan N2O padi pada tanah setelah penambahan blotong, dan 3) Emisi CH4 dan N2O padi pada Vertisol setelah penambahan blotong dan ampas tebu. Percobaan terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian 1 disusun berdasarkan RAK dalam faktorial, faktor pertama adalah Tanah/kandungan liat terdiri dari 3 jenis, Alfisol-25, Inceptisol-15, dan Vertisol-63. Faktor kedua, Bahan Organik, yaitu: Tanpa Bahan Organik, Ampas Tebu dan Blotong, sehingga diperoleh 9 kombinasi dan diulang sebanyak 3 kali. Bagian 2 disusun berdasarkan RPPT, petak utama adalah regim air, yaitu: penggenangan terus menerus setinggi 2 cm dan pemberian air secara berselang. Anak petak adalah varietas, yaitu IR 64 dan Inpari 32. Anak-anak petak adalah jenis tanah/kandungan liat, yaitu Alfisol-25, Inceptisol-15, dan Vertisol-63, diperoleh 12 kombinasi perlakukan dengan 3 kali ulangan. Bagian 3, disusun berdasakan RPPT, petak utama adalah varietas, yaitu: IR 64 dan Inpari 32. Anak petak adalah regim air: penggenangan terus menerus setinggi 2 cm dan pemberian air secara berselang, anak-anak petak adalah pemberian bahan organik: tanpa bahan organik, ampas tebu, dan blotong, diperoleh 12 kombinasi dan diulang sebanyak 3 kali. Kami mendapatkan bahwa ampas tebu yang masih berupa serat kasar dan mengandung lignin sangat baik digunakan untuk pembenah tanah karena memperlambat waktu terjadinya retakan dari 10,89 hari menjadi 12,11 hari, menurunkan indeks retakan dari 0,1717 menjadi 0,0774, menurunkan coefficient of linear extensibility (COLE) dari 0,1831 menjadi 0,1690, dan ampas tebu mengurangi terjadinya retakan. Begitu juga blotong dapat meningkatkan kadar air tanah dari 44,24 g 100g-1 menjadi 48,78 g 100g-1. Kandungan liat tanah/jenis mineral mempunyai peranan besar terhadap emisi CH4 dan N2O. Emisi CH4 tertinggi pada Inceptisol, yaitu 234,81 disusul Alfisol 108,81 dan terkecil Vertisol 34,30 kg ha-1 musim-1. Penggenangan secara kontinyu menghasilkan emisi 178,06 lebih tinggi dibandingkan penggenangan berselang 73,88 kg ha-1 musim-1, dan untuk varietas IR 64 memberikan emisi lebih besar, yaitu 126,96 dibandingkan Inpari 32 sebesar 124,99 kg ha-1 musim-1. Sedangkan untuk emisi N2O per musim tertinggi pada Alfisol dan terendah pada Vertisol 58,78 g ha-1 musim-1. Aplikasi ampas tebu pada Vertisol menghasilkan emisi CH4 per musim terbesar, yaitu 141,94 disusul blotong 127,19 dan terkecil tanpa bahan organik 88,16 kg ha-1 musim-1. Penggenangan kontinyu menghasilkan emisi lebih tinggi yaitu 199,99 dibandingkan penggenangan berselang sebesar 38,20 kg ha-1 musim-1, sedangkan untuk varietas IR 64 memberikan emisi lebih tinggi, yaitu 119,44 dibandingkan Inpari 32 sebesar 118,75 kg ha-1 musim-1. Untuk emisi N2O lebih banyak dihasilkan pada blotong, yaitu 94,54 g ha-1 musim-1 disusul tanpa bahan organik 86,59 g ha-1 musim-1 dan ampas tebu 84,55 kg ha-1 musim-1.

Item Type: Thesis (Disertasi)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions (Program Studi): Program Pascasarjana > Ilmu Pertanian
Depositing User: Nasyir Nompo
Date Deposited: 19 Feb 2024 01:10
Last Modified: 19 Feb 2024 01:10
URI: http://repository.unhas.ac.id:443/id/eprint/30940

Actions (login required)

View Item
View Item