PEMANFAATAN ASAP CAIR HASIL PEMBAKARAN TEMPURUNG KELAPA MENJADI BIOPESTISIDA

Peningkatan permintaan komoditas pertanian yang meningkat secara progresif menyebabkan intensifikasi pertanian yang diikuti oleh peningkatan jumlah input produksi, seperti pestisida. Peningkatan volume pestisida yang digunakan selanjutnya memperparah kerusakan lingkungan . Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan, melalui penggunaan biopestisida yang ramah lingkungan, misalnya asap cair. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan asap cair dengan menggunakan alat yang praktis, (2) mengkaji pengaruh asap cair terhadap perkembangan hama kutu putih Thrips tabaci dan efek asap cair terhadap tanaman cabai, dan (3) menganalisa nilai ekologis, sosial, dan ekonomi dari asap cair. Parameter pH, Fenol, dan Asam asetat dari asap cair dianalisa di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu dengan merancang alat pengolahan dengan teknik pembakaran sederhana, serta uji coba penggunaan asap cair pada tanaman cabai yang terserang hama kutu putih Thrips tabaci. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian asap cair sebagai biopestisida terhadap tanaman cabai yang terkena hama kutu putih Thrips tabaci dengan dosis asap cair sebanyak 20 ml dapat menghambat pertumbuhan hama, dan tidak menyebabkan kematian pada tanaman cabai. Kepadatan cairan pada asap cair sangat tinggi, yaitu 821 ppm. Rendemen adalah rata-rata 8,52+0,56. Sedangkan kapasitas alat adalah rata-rata 0,47+0.05. Nilai ekologi asap cair adalah setara dengan 307,500,000 kg limbah tempurung kelapa. Nilai ekonomi asap cair adalah Rp. 1,674,166,666,667. Sedangkan nilai sosialnya 106.771 orang tenaga kerja.